Wednesday, July 31, 2013

Saur Yuuuuuk DAY 22


Amerika Serikat memiliki hari-hari yang ditetapkan sebagai peringatan kelahiran tokoh-tokoh terkenal. Hari ini, misalnya, diperingati sebagai Helen Keller Day, atau hari untuk memperingati kelahiran Hellen Keller.
Helen Keller adalah tokoh besar. Ia seorang penulis, aktivis, dan juga dosen. Di antara bukunya yang terkenal adalah The World I Live In dan The Story of My Life. Selama hidupnya ia telah berkeliling ke berbagai negara, berbicara dengan sejumlah kepala negara dan mengumpulkan dana untuk membantu orang-orang buta dan tuli. Untuk keperluan itu ia mendirikan yayasan American Foundation for the Blind dan American Foundation for the Overseas Blind.

Atas sumbangsihnya pada berbagai kegiatan sosial ia menerima berbagai penghargaan. Di antaranya adalah Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, dan Lions Humanitarian Award. Kisah hidupnya yang kemudian difilmkan bahkan meraih dua piala Oscar.
Siapakah Helen Keller? Keller dilahirkan tepat 133 tahun lalu di Tuscumbia, Alabama pada 27 Juni 1880. Ketika ia menginjak usia 19 bulan, Keller terkena penyakit yang membuatnya menjadi buta dan tuli. Sejak itu ia jadi anak yang liar, keras kepala, kasar, dan cenderung merusak. Kedua orangtuanya sampai hampir angkat tangan karena tak berhasil mengendalikannya. Pada saat usianya 7 tahun, akhirnya ada juga guru yang sabar menangani Keller. Guru itu adalah Anne Sullivan.

Sullivan mencoba mendekati Keller dengan kasih sayang. Mula-mula Keller tetap berontak. Orangtuanya bahkan sudah menganggap Sullivan tak akan berhasil “menjinakkan” Keller. Namun guru muda itu meminta kedua orangtua Keller untuk bersabar. Sampai akhirnya Sullivan bisa menaklukkan Keller, ketika ia bisa berkomunikasi dengan Keller dengan bahasa isyarat yang telaten ia ajarkan. Sejak bisa berkomunikasi itu Keller berubah jadi anak yang giat belajar. Sullivan sendiri setiap hari menambahkan 30 kata baru untuk menambah perbendaharaan kata pada Keller yang buta dan tuli itu.
Pada usia 11 tahun, Keller bahkan sudah menghasilkan buku pertamanya, The King Frost (1891). Pada usia 20 tahun, Keller kuliah di Radcliffe College, yaitu perguruan tinggi di bawah naungan Universitas Harvard yang dikhususkan wanita. Saat kuliah inilah ia menulis kisah hidupnya, The Story of My Life, yang menjadi salah satu buku populernya. Empat tahun sejak masuk kuliah, Keller lulus dengan magna cum laude.

Salah satu ungkapan terkenalnya adalah, “The most beautiful things in the world cannot be seen or even touched, they must be felt with the heart.” Hal paling indah di dunia tak dapat dilihat dan bahkan tak bisa disentuh, hal tersebut hanya bisa dirasakan dengan hati. Hingga kini Helen Keller dianggap mewakili sosok tak berdaya yang mampu bangkit dan kemudian menginspirasi dunia. Spiritnya yang besar tak hanya menyalakan semangat hidupnya, tetapi semangat hidup banyak orang yang terinspirasi olehnya. Hingga kini bahkan spiritnya masih menyala terang. Itulah Helen Keller
(Oleh Tim AndrieWongso, Kamis, 27 Juni 2013)

Saur Yuuuuuk,

Doa hari – 22
Yaa Allah! Bukakanlah bagiku pintu-pintu karunia-MU, turunkan untukku berkah-berkahmu. Berilah kemampuan untukku kepada penyebab-penyebab keridloan-MU, dan tempatkanlah aku di dalam sorga-MU yang luas, Wahai Penjawab doa orang-orang yang dalam kesempitan.

Salam,
NV

Tuesday, July 30, 2013

Saur Yuuuuuk DAY 21


Sebelum dunia kehilangan Sang Maestro ini, saya sempat berkunjung ke kantor pusatnya yang disebut Apple Campus dan berlokasi di 1 Infinity Loop, Cupertino, California, Amerika Serikat (AS). Cara penamaan kantor yang disebut “kampus” dan jalannya disebut “Infinity Loop”, saja sudah memperlihatkan kreativitas dan kejeniusannya. Disebut kampus karena bangunan dan lingkungan kantor ini memang seperti kampus dari suatu universitas dan disebut Infinity Loop karena jalan ini berbentuk lingkaran dan karena itu tidak terhingga atau tak berakhir, seperti arti infinity.

Jika kita membandingkan Steve dengan maestro terkenal lainnya, seperti Bill Gates, Warren Buffett, dan Larry Allison, Steve memang tampil sangat beda. Di antaranya ia tidak banyak tampil untuk di-interview oleh media dan tidak dikenal melalui perbuatan philanthropy yang mendonasikan miliaran dolar seperti yang dilakukan maestro-maestro ini. Hal ini, antara lain, membuktikan bahwa Steve Jobs adalah Steve Jobs yang menjalani hidupnya dengan hasil pemikirannya sendiri, bukan dari orang lain. Kisah kehidupan berikutnya ini juga mencerminkan bagaimana ia menerapkan pemikiran dan suara hatinya yang mendalam secara merdeka.

Ia lahir dari orang tua yang miskin dan tidak berpendidikan karena itu ia diberikan pada orang lain dengan dua persyaratan, pertama, orang tua angkatnya harus memiliki gelar sarjana dan kedua, Steve sendiri harus disekolahkan hingga meraih gelar sarjana. Ternyata Steve diangkat oleh pasangan yang tidak memiliki gelar sarjana dan ia sendiri tidak berhasil meraih gelar sarjana. Ia drop out dari Reed College setelah semester pertama pada tahun 1972 karena kekurangan biaya. Ia bilang, “Saya tidak memiliki kamar asrama, jadi saya tidur di lantai kamar seorang teman, saya menjual botol Coca Cola 5 sen per botol untuk beli makanan, dan jalan sejauh tujuh mile untuk menyeberangi kota setiap hari Minggu untuk mendapatkan makanan yang baik di vihara Hare Krishna.”

Singkatnya, ketika ia kembali bergabung dengan Apple (sebelumnya ia sempat dipecat di perusahaan yang sama, suatu perusahaan yang ia bangun), di dalam suatu sesi meeting mengenai product strategy, secara jelas bagaimana Steve Jobs mempraktikkan kemerdekaan berpikir, keberanian untuk mengikuti hati, dan intuisi tanpa terjebak oleh dogma.

Dalam meeting tersebut, banyak para eksekutif yang melontarkan ide-ide pengembangan produk baru, tiba-tiba terdengar teriakan Steve yang kencang, “Berhenti, Ini semuanya gila!” Lalu ia mengambil satu magic marker (spidol), mendekati whiteboard dan membuat garis horizontal dan vertikal untuk membuat diagram empat persegi. Maka berkatalah ia “Ini yang akan kita lakukan.” Di dua kolom atas ia menulis “Customer” dan “Pro”, kolom lain di bawah ia tulis “Desktop” dan “Portable.” Lalu ia berkata lagi, “Pekerjaan mereka adalah membuat empat produk yang hebat, satu untuk setiap kuadran.” Ruangan meeting menjadi sepi dan tegang.

Steve Jobs berusaha membuat produk dari konsep simplicity dan hendak mengubah Apple secara keseluruhan ke arah yang sama. Perbuatan ini bertentangan dengan kebijakan dan culture perusahaanya pada saat itu, mereka lebih menerapkan strategi product diversification. Banyak yang tidak setuju akan idenya tersebut, tetapi ia memaksakan dan bilang, “I can make it work!”

Boleh dikatakan dalam sekejab, ia talah memecat 3.000 karyawan dan mengurangi 70 persen produk-produk yang sedang Apple kerjakan. Tiba-tiba para insinyur serta manager di Apple konsentrasi kerjanya menjadi sangat tajam ke empat area itu, yaitu:

Kuadran pertama, professional desktop yang memfokuskan pada pembuatan Power Machintosh G3. Kuadran kedua, professional portable yang menciptakan PowerBook G3. Kuadran ketiga, consumer desktop sebagai landasan pembuatan iMac. Kuadran keempat, comsumer portable yang memperkenalkan iBook. Huruf “i” di sini untuk menunjukkan bahwa produk ini terintegrasi secara sempurna dengan Internet.

Pada saat ini, kita bisa lihat apa yang terjadi dengan Apple. Produknya telah terjual ke seluruh dunia, karena itu pula, dikabarkan perusahaan ini kini memiliki uang cash yang lebih banyak dari pemerintahan negara federal AS.

Adalah hal yang umum jika orang berpikir bahwa gaji CEO di AS besarnya hingga jutaan dolar per tahun. Namun tidak demikian dengan Steve. Sejak bergabung kembali dengan Apple pada tahun 1997, ia hanya menerima USD 1 (satu dolar AS) gaji per tahun.

Pada tahun 2007, sambil bercanda, ia bilang, “Saya terima 50 sen per tahun untuk kehadiran, dan 50 sen yang lainnya adalah untuk pencapaian saya”.

Memang benar bahwa ia hanya menerima gaji USD 1 per tahun, tetapi pada awal tahun 2011, Steve memiliki 5,5 juta share-nya Apple. Setelah meninggal, satu share Apple bernilai USD 377,64. Di samping itu, ia juga memiliki USD 7 miliar dari hasil penjulan Pixar ke Disney tahun 2006. Pada tahun 2011, dengan kekayaan bersih USD 8,3 miliar, ia menjadi orang ke-110 terkaya di dunia.

Yang jelas, Sang Maestro ini telah meninggalkan produk yang membuat hidup manusia menjadi lebih mudah dan penuh warna yang berlandaskan filosofi untuk keluar dari jebakan dogma. Membebaskan diri dari jebakan dogma ini jugalah yang membuat ia menjadi begitu kreatif, jenius, sukses dan berkembang seoptimalnya. Dengan jelas ia katakan, “Your time is limited, so don't waste it living someone else's life. Don't be trapped by dogma — which is living with the results of other people's thinking. Don't let the noise of others' opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition” atau “Waktu Anda terbatas, jadi jangan menghabiskannya dengan kehidupan orang lain. Jangan terjebak oleh dogma – yang berarti menjalani hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Jangan membiarkan keributan pendapat orang lain menarik Anda keluar dari suara hati Anda. Dan yang terpenting, punyailah keberanian untuk mengikuti hati dan intuisi Anda”.
____________

-       Sumber: Dr. Beni Bevly adalah business expert, penulis multiple buku, radio talk show guest di PAS FM yang bermukim di Silicon Valley, Amerika Serikat.

-       Artikel ini dimuat di Majalah LuarBiasa edisi Maret 2013.

-       Foto: Cnn.money.com, Blog.scout.

Saur Yuuuuk,

Doa hari – 21
Yaa Allah! benilah aku petunjuk menuju kepada keridloan-MU.

Dan janganlah Engkau berjalan kepada setan untuk menguasaiku.
Jadikanlah sorga bagiku sebagai tempat tinggal dan peristirahatan, Wahai Pemenuh keperluan orang-orang yang meminta.

Salam,
NV

Monday, July 29, 2013

Saur Yuuuuuk DAY 20

Saya selalu mengagumi orang-orang yang mau melakukan lebih dari yang orang biasa lakukan. Orang-orang seperti Arnold Schwarzenegger dan Bruce Lee. Atau Michael Jordan. Saya bertanya-tanya, bagaimana mereka melakukannya? Lihatlah Jordan. Ia dan timnya Chicago Bulls menjuarai kompetisi bola basket NBA 6 kali. Ia telah mengumpulkan sejumlah penghargaan individu seperti 5 penghargaan Pemain Terbaik NBA (Most Valuable Player). Website NBA bahkan menyebut bahwa Michael Jordan merupakan pemain bola basket terbaik sepanjang masa. Jordan adalah seseorang yang sangat sukses. Jadi, bagaimana ia mencapai kesuksesan tersebut?
Berikut adalah beberapa hal yang bisa kita pelajari darinya.
Kegagalan Merupakan Suatu Hal yang Wajar dan Perlu
”Saya bisa menerima kegagalan, semua orang gagal dalam melakukan sesuatu. Namun saya mencoba untuk melakukannya.”
”Saya melewati lebih dari 9000 tembakan dalam karir saya. Saya mengalami kekalahan dalam hampir 300 pertandingan. 26 kali, saya diberi kepercayaan untuk melakukan tembakan yang bisa menentukan kemenangan tim dan saya gagal. Saya berulang kali gagal dalam kehidupan saya, dan itu sebabnya saya sukses.”
Kegagalan merupakan sebuah definisi yang perlu anda rumuskan kembali dalam pikiran anda. Kegagalan bukanlah sesuatu yang harus anda harus artikan secara serius. Namun sebagian besar orang memang terlalu mengartikan kegagalan dengan terlalu serius. Mereka berpikir bahwa kegagalan nampak seperti akhir dari segalanya, bahwa langit akan jatuh menimpa mereka jika mereka mengalami kegagalan. Namun kejadian seperti ini tidak pernah terjadi.
Jika anda memperhatikan orang-orang sukses maka anda melihat bahwa mereka memiliki mental yang berbeda dengan mental orang rata-rata. Mereka tahu bahwa akan ada peluang dan kesempatan baru jika mereka gagal, dan anda bisa memperoleh banyak pembelajaran dari kegagalan. Kegagalan tersebut mungkin diperlukan untuk meraih kesuksesan. Tanpa kegagalan anda tidak memperoleh timbal balik dan kebijakan yang diperlukan untuk kesuksesan di masa depan anda. Dengan melakukan kesalahan, anda dapat memperoleh pengalaman yang berharga. Membaca pengalaman atau kesalahan yang dibuat orang lain dari buku tidaklah sama dengan mengalami dan memperoleh sendiri pengalaman tersebut.
Kegagalan merupakan pengalaman untuk memperoleh pengalaman yang berharga. Pengalaman tersebut dapat membantu anda. Namun anda harus melakukannya terlebih dahulu. Tanpa mencobanya anda tidak akan berhasil meraih apapun.
Percayalah Pada Ekspektasi Anda
”Jika anda menerima ekspektasi orang lain, khususnya ekspektasi negatif mereka, maka anda tidak akan pernah bisa merubah hasil yang ingin anda capai.”
”Merupakan tugas yang berat untuk mencoba melakukan segalanya dan memuaskan semua orang.. tugas saya adalah untuk turun ke lapangan dan bermain basket sebaik yang saya bisa lakukan, .. orang mungkin tidak setuju dengan pendapat tersebut.. saya tidak bisa hidup dengan impresi setiap orang terhadap apa yang saya harus atau tidak harus saya lakukan.”
”Anda harus memiliki harapan terhadap diri anda sendiri sebelum anda bisa melakukan sesuatu.”
Anda tidak bisa hidup melalui pandangan orang lain atau melalui apa yang orang lain harapkan dari diri anda. Cara hidup seperti itu hanya akan membuat anda tersiksa atau merubah diri anda tergantung pada mood orang lain. Pada akhirnya, akan menjadi sangat sulit untuk mengubah hasil akhirnya.
Daripada melakukan itu, lakukan validasi dan set ekspektasi untuk diri anda sendiri. Lihatlah diri anda sedang melakukan sesuatu, visualisasikan. Jika anda tidak bisa memvisualisasikan diri anda sendiri maka anda akan kesulitan mencapai hal tersebut.
Kenali Apa yang Anda Inginkan dan Kemana Tujuan Akhir Anda
”Saya tidak berada diluar sana berkeringat selama 3 jam setiap hari hanya untuk mencari tahu bagaimana rasanya jika saya berkeringat.”
Ketahuilah alasan anda dalam melakukan sesuatu. Tentukan arah yang jelas. Dan ingatkan diri anda sendiri setiap waktu untuk tetap fokus pada apa yang anda tuju.
Ketika Anda Berada di Luar Sana, Jangan Terbebani Oleh Hasil Akhir
”Saya tidak pernah memperhatikan konsekuensi ketika saya gagal melakukan tembakan.. ketika anda memikirkan konsekuensinya; anda cenderung memikirkan hasil negatifnya.”
Ketika tiba waktunya untuk bertanding, ketika anda berada di lapangan, jangan pikirkan hasil akhirnya. Jika anda terlalu memikirkan hasil akhirnya anda akan merasa gugup dan melakukan kesalahan. Tips ini mungkin dapat membantu anda jika anda berada diluar sana, bertanding. Dalam keadaan tersebut, satu hal yang dapat terpikirkan oleh anda adalah tujuan anda dan hasil akhir yang mungkin anda raih.
Namun ketika anda bermain atau bekerja atau apapun yang anda kerjakan, tetaplah lepaskan diri anda dari pemikiran anda dari hasil akhir yang mungkin anda raih. Fokuslah pada hal-hal yang ada di hadapan anda. Dan semuanya akan menjadi lebih mudah. Hal tersebut akan mengurangi kecemasan dan tekanan bagi diri anda sendiri. Dan anda akan tampil dengan lebih baik karena anda memfokuskan diri pada hal-hal yang ada di hadapan anda dan tidak membebani diri anda dengan hal-hal negatif.
Rintangan Akan Selalu Ada. Jangan Sampai Hal Itu Mengurangi Semangat Anda
“Jika anda mencoba untuk meraih sesuatu, anda akan menghadapi rintangan. Saya juga mengalaminya; setiap orang juga pasti mengalaminya. Namun rintangan tidak harus menghentikan anda. Jika anda menemui jalan buntu, jangan berbalik arah dan menyerah. Temukan cara untuk memanjat atau melewatinya.”
Apakah anda benar-benar ingin mencapai tujuan anda? Maka anda akan menemukan caranya. Namun anda harus tetap fokus pada apa yang anda inginkan. Bukan pada hal-hal yang tidak anda inginkan. Jika anda fokus pada apa yang anda inginkan, solusi akan mulai bermunculan di sekeliling anda.
Saya rasa anda bisa melihat rintangan sebagai cara bagi dunia ini untuk menguji anda, sebuah cara untuk menguji apakah seseorang benar-benar menginginkan sesuatu. Orang-orang yang benar-benar mengetahui apa yang mereka inginkan akan melalui rintangan tersebut dan melanjutkan perjalanan nya sementara orang lain mencoba menemukan hal lain yang lebih mudah dan lebih cocok untuk mereka. Atau bahkan berhenti untuk melakukannya.
Hal Positif Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Semua Hal ini?
”Ubahlah setiap situasi negatif menjadi situasi positif
Selalu ada hal baik yang bisa anda temukan dalam setiap hal. Tanyalah pada diri anda sendiri “hal postif apa yang bisa saya peroleh dari hal ini?” Pertanyaan ini memungkinkan anda untuk memperoleh pelajaran berharga dari setiap kemunduran dan kegagalan yang anda alami. Metode ini juga merupakan cara untuk mengubah mood negatif menjadi sesuatu yang lebih positif dan lebih membangun. Sikap seperti ini kadang lebih baik dan lebih berguna daripada menangisi dan menyesali diri anda sendiri.
Tetaplah Bersenang-senang
“Bermainlah. Bersenang-senanglah. Nikmati pertandingannya.”
Tips ini erat hubungannya dengan mencoba melepaskan diri anda dari belenggu yang membebani diri anda. Ketika anda tidak merasa terbeban dengan hasil akhir yang ingin anda raih, anda bisa menikmati apa yang sedang anda kerjakan saat ini. Jika anda terbebani dengan hasil akhir yang anda ingin raih, maka terdapat kemungkinan anda akan terperangkap dalam pemikiran-pemikiran negatif yang tak berujung. Sebagai contoh: anda bisa saja memikirkan sesuatu yang sederhana secara berlebihan dan anda bisa mencoba mengambil nilai-nilai positif dari pemikiran anda. Atau menutupi diri anda sendiri dari sekeliling anda dengan memikirkan kemungkinan hasil negatif yang bisa anda raih. Anda bisa menjadi terlarut dalam pemikiran mengenai masa lalu atau masa depan yang bersifat negatif.
Dan jika hal itu terjadi, akan sulit bagi anda untuk bersenang-senang, untuk tetap fokus pada pertandingan, dan untuk mencapai hal-hal yang ingin anda raih.
(Sumber: Meraih Impian dari Michael Jordan)
Saur Yuuuuuk,
Doa hari – 20
Yaa Allah! Bukakanlah bagiku pintu-pintu sorga dan tutupkanlah bagiku pintu-pintu neraka, dan berikanlah kemampuan padaku untuk membaca AI-Quran Wahai Penurun ketenangan di dalam hati orang-orang Mu'min.
Salam,
NV

Sunday, July 28, 2013

Saur Yuuuuk DAY 19


“Tears will not erase your sorrow; hope does not make you successful; courage will get you there”
– Air mata tidak akan menghapus dukamu; berharap tidak akan membuatmu sukses; hanya keberanian yang bisa membawamu kesana
. Johni Pangalila

Setiap hari kita mempunyai peluang yang menguntungkan, entah itu dalam skala kecil maupun besar. Bila kita cukup berani, maka peluang-peluang tersebut akan menjadi keberuntungan yang besar. Sebab keberanian akan menimbulkan aksi yang signifikan.

Keberanian adalah suatu sikap untuk berbuat sesuatu dengan tidak terlalu merisaukan kemungkinan-kemungkinan buruk. Aristotle mengatakan bahwa “The conquering of fear is the beginning of wisdom -  Kemampuan menaklukkan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan”

Artinya, orang yang mempunyai keberanian akan mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi ketakutan-ketakutan yang sebenarnya merupakan halusinasi belaka. Orang-orang yang mempunyai keberanian akan sanggup menghidupkan mimpi-mimpi dan mengubah kehidupan pribadi sekaligus orang-orang di sekitarnya.

Beberapa abad yang silam Virgil mengatakan, “Fortune favors the bold – Keberuntungan menyukai keberanian.” Marilah kita belajar dari para tokoh olah raga yang mempunyai prestasi berskala internasional, yaitu Carl Lewis, Michael Jordan, Marilyn King dan lain sebagainya. Mereka mempunyai keberanian yang tinggi untuk menepis segala kekhawatiran akan keterbatasan dalam diri mereka. Karena itulah mereka mampu berprestasi di bidang olah raga dan tampil sebagai tokoh yang berkarakter.

Kita juga mempunyai peluang yang sama besar di bidang yang sama ataupun di bidang lain, misalnya di bidang seni, politik, bisnis, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain sebagainya. Tetapi apakah kita sudah mempunyai cukup keberanian menangkap peluang yang datang setiap hari itu dan mengubahnya menjadi prestasi hidup?

Hanya diri kita yang mampu mengukur apakah keberanian kita cukup besar? Marilyn King mengatakan bahwa keberanian kita secara garis besar dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu visi (vision), tindakan nyata (action), dan semangat (passion). Ketiga hal tersebut mampu mengatasi rasa khawatir, ketakutan, dan memudahkan kita meraih impian-impian.

Berdasarkan visi atau tujuan yang ingin kita capai, satu hal yang terpenting adalah kita harus menciptakan kemajuan. Menurut Vince Lombardi, seorang pelatih rugby ternama di dunia, upaya menciptakan kemajuan akan berjalan secara bertahap. Adanya perubahan menjadikan diri kita berani membuat kemajuan yang lebih besar. Karena itu Anthony J. D’Angelo menegaskan, “Don’t fear change, embrace it – Jangan pernah takut pada perubahan, tetapi peluklah ia erat.” Maka perjelas visi, supaya berpengaruh signifikan terhadap keberanian.

Sementara itu, peluang datang terkadang dengan cara yang tidak terduga. Samuel Johnson mengatakan bahwa “Whatever enlarges hope will also exalt courage – Apapun yang dapat memperbesar harapan, maka ia juga akan meningkatkan keberanian.” Artinya, tindakan kerja untuk mengubah peluang akan meningkatkan harapan sekaligus keberanian memikirkan kemungkinan-kemungkinan terbaik atau menanggung resiko kegagalan sekalipun. Jika sudah mengetahui secara pasti apa yang kita inginkan dan sudah melakukan tindakan, maka hal itu akan meningkatkan keberanian untuk tidak pernah menyerah sebelum benar-benar berhasil.

Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap tingkat keberanian adalah semangat (passion). Mungkin kita akan terinspirasi semangat seorang olah-ragawan Carl Lewis. Dirinya tidak merasa khawatir atau takut akan mengalami kekalahan dalam pertandingan karena ia mempunyai semangat yang tinggi. Semangat Carl Lewis memompa keberaniannya melewati bermacam kesulitan, sehingga ia berhasil meraih 22 medali emas diantaranya: 9 dari olimpiade/Games, 8 dari World Championship, 2 dari Pan America Games.

Ayahnya adalah orang yang paling berjasa dibalik keberaniannya itu. Ayahnya adalah orang yang tidak pernah bosan memberikan dorongan motivasi. Sehingga ketika ayahnya meninggal dunia pada tahun 1987 akibat serangan penyakit kanker, Carl Lewis menguburkan salah satu medali emas dari perlombaan lari 100 m yang paling disukai ayahnya. Dia berjanji untuk mendapatkan kembali medali itu. Semangat Carl Lewis meningkatkan keberaniaannya menembus halangan, hingga ia kembali berhasil mengumpulkan 9 medali emas beberapa tahun kemudian.

Carl Lewis adalah salah satu contoh orang sukses. Ia mempunyai keberanian yang tinggi untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa atau tidak akan pernah dikerjakan oleh orang-orang yang biasa-biasa saja. Mereka konsisten menciptakan kemajuan terus menerus. Ekhorutomwen E.Atekha menerangkan, “All you need to keep moving is your ability to keep being courageous – Segala sesuatu yang menggerakkan dirimu adalah kemampuanmu untuk memacu keberanian.” Mereka senantiasa mempunyai keberanian yang tinggi untuk mengubah kehidupan karena mereka mempunyai visi, melakukan aksi dan mempunyai semangat yang luar biasa.*
(Sumber: Keberanian yang Dapat Mengubah Kehidupan oleh Andrew Ho)

Saur Yuuuuk,
Doa hari – 19

Yaa Allah! Penuhilah bagianku dengan berkah-berkahnya, dan mudahkanlah jalanku menuju kebaikan-kebaikannya. Janganlah Kau jauhkan aku dari ketemaraman kebaikan-kebaikannya, Wahai Pemberi petunjuk kepada kebenaran yang terang.
Salam,
NV

Saur Yuuuuuk DAY 18


Mari belajar dari kisah pengembaraan Jenderal Sun Tzu. Bertahun-tahun mengembara, Sun Tzu telah mengalami banyak sekali kejadian. Ia pernah menjadi budak, pelayan, pedagang, prajurit, bahkan menjadi pejabat pemerintahan. Pahit getirnya kehidupan dia jalani demi sebuah cita-cita, demi sebuah karir. Berbekal pengalaman itulah akhirnya Sun Tzu berhasil menyelesaikan karya tulisnya, yaitu 13 Bab Strategi Perang.
Apa yang bisa dipetik dari pengalaman perjalanan Sun Tzu itu? Makna dari pengembaraan Sun Tzu itu adalah, seseorang boleh mengalami pahit getirnya perjalanan hidup. Tetapi dia tidak boleh berhenti dan tidak boleh kehilangan tujuannya semula. Tidak boleh kehilangan arah cita-citanya. Tidak boleh kehilangan impiannya.

Jadi, kita harus berani membayar harga dari sebuah cita-cita yang besar, sebab cita-cita selalu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Selain perjuangan dan pengorbanaan, cita-cita besar membutuhkan ketekunan, keuletan, kedisiplinan, dan tanggung jawab yang luar biasa.

Cita-cita yang besar adalah cita-cita yang sanggup memberi kekuatan luar biasa kepada seseorang untuk menjalani hidup yang keras. Sebuah impian yang pasti mempunyai suatu titik target yang pantas dikejar. Cita-cita besar tidak mungkin dicapai hanya dengan target kecil serta usaha yang biasa-biasa saja. Cita-cita besar, impian besar, harus diraih melalui target-target yang menggairahkan. Target yang mendorong kita mengerahkan seluruh daya upaya kita. Target yang mampu menyemburkan hasrat sangat kuat untuk meraihnya. Membuat kita berusaha sekeras-kerasnya. Bahkan membuat kita berani memaksa diri kita sampai target itu tercapai.

Sebab seperti kata-kata mutiara yang saya tuliskan; “Jika kita keras di dalam, maka kehidupan akan lunak kepada kita. Sebaliknya, jika kita lunak di dalam maka kehidupan akan begitu keras kepada kita”.

Cita-cita yang besar tidak bisa diraih dengan sikap mental yang lunak.
(Sumber: Membayar Harga Sebuah Cita-cita oleh Andrie Wongso)

Saur Yuuuuuk,
Doa hari – 18

Yaa Allah! Sadarkanlah aku akan berkah-berkah yang terdapat di saat sahurnya. Dan sinarilah hatiku dengan terang cahayanya dan bimbinglah aku dan seluruh anggota tubuhku untuk dapat mengikuti ajaran-ajarannya, Demi cahaya-Mu Wahai Penerang hati para arifin.
Salam,
NV

Saur Yuuuuuk DAY 17


Seorang penyelundup yang sedang buron pergi menemui seorang bijak dan memintanya menyembunyikan barang-barang terlarang dalam rumahnya. Ia yakin berkat kesalehan orang bijak itu, tak seorangpun akan mencurigainya.

Orang bijak itu menolak dan meminta penyelundup itu segera keluar dari rumahnya. ”Saya akan memberikan 100 ribu dolar untuk kebaikan Anda, ” kata si penyelundup. Orang bijak itu agak ragu-ragu sebelum mengatakan ”Tidak.”

”200 ribu,” orang bijak itu tetap menolak. ”500 ribu,” orang bijak itu mengambil tongkat dan berteriak, ”Keluar sekarang juga! Kamu sudah sangat dekat dengan harga saya.”

Sebuah kesadaran yang tepat waktu! Orang bijak itu sadar begitu dirinya tergoda. Kesadaran ini sangat penting. Banyak orang yang tak sadar bahwa dirinya tergoda. Mereka baru sadar setelah segalanya terjadi. Kurangnya latihan seringkali menyebabkan kesadaran datang terlambat.

Namun, ada lagi jenis kesadaran yang lebih tinggi tingkatnya daripada ini. Inilah kesadaran sebelum peristiwa apapun terjadi. Anda sadar sepenuhnya akan keberadaan Anda, akan posisi dan
kekuasaan yang Anda miliki. Anda sadar sepenuhnya bahwa kedudukan Anda sangat rawan terhadap godaan.

Semua jabatan memang rawan godaan. Karena itu Anda harus waspada dan sadar sepenuhnya terhadap segala bentuk godaan ini. Seorang pejabat pemerintah akan selalu digoda oleh para pengusaha yang ingin berbisnis. Para penegak hukum akan selalu digoda oleh para pelanggar
hukum. Begitu juga dengan anggota legislatif, anggota KPU, anggota Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Mereka harus sadar terhadap politik uang yang selalu mengintai setiap saat.

Tak memiliki kedudukan formal pun bukan berarti bebas dari incaran politik uang. Para ilmuwan, cendekiawan, dan pengamat termasuk dalam kategori ini. Banyak pengamat yang dapat dibeli untuk kepentingan orang-orang tertentu. Mereka mau mempertaruhkan kecendekiawanannya
untuk membuat polling maupun prediksi-prediksi yang tendensius untuk mempengaruhi opini publik. Jadi, rakyat biasapun tak terkecuali, lebih-lebih menjelang pemilu tahun depan.

Semuanya bermuara pada satu kata kunci: uang.

Seorang bijak, Sophocles, pernah mengingatkan kita, ”Tak ada satu halpun di dunia ini yang paling meruntuhkan moral selain uang.” Memang benar, uang adalah alat penggoda terbesar di dunia. Bahkan berbeda dengan jenis penggoda lainnya seperti wanita dan tahta, tidak ada satupun orang di dunia yang tidak membutuhkan uang. Kita semua sibuk mencari uang agar dapat hidup dengan layak. Nah, karena kita memang mencarinya, sangat wajar kalau kita tergoda ketika ada orang yang menawarkan benda tersebut kepada kita.

Godaan terbesar uang adalah merubah pandangan hidup kita dari ”memiliki” menjadi ”dimiliki.”

Kita memang perlu memiliki uang untuk menjalani hidup, tapi uang hanya berfungsi sebagai alat. Kitalah yang menjadi tuannya. Celakanya, posisi ini sering kali bertukar karena godaan yang ditawarkan uang sangat kuat. Akhirnya kitalah yang ”dimiliki” oleh uang. Tanda-tanda penyakit ini adalah kalau Anda mulai merasa takut kehilangan kedudukan Anda. Ini berarti Anda telah ”dimiliki” oleh uang. Ini akan menghilangkan kebebasan Anda dalam mengungkapkan kebenaran.

Pandangan kita terhadap uangpun perlu kita telaah lebih jauh.

Kita seringkali berpikir secara terbalik yaitu: have -> do -> be. Kita berusaha memiliki lebih banyak uang (have) agar kita dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan (do), dan mengira kalau itu tercapai akan membuat kita lebih bahagia (be).

Padahal, yang perlu kita lakukan adalah sebaliknya yaitu be -> do -> have. Yang pertama dan utama adalah menjadi diri sendiri (be), kemudian melakukan apa yang harus dilakukan (do) agar dengan begitu kita memiliki apa yang kita inginkan (have).

Masalahnya, kita seringkali menyamakan uang dengan kebahagiaan.

Padahal, uang adalah apa yang kita dapatkan (have), sementara kebahagiaan adalah sesuatu yang sudah ada di dalam diri kita sendiri (be). Dengan menggunakan urutan be -> do -> have, maka kebahagiaan itulah yang harus ada lebih dulu. Kebahagiaan adalah sesuatu yang
bersifat bebas dan tidak tergantung pada apapun yang kita miliki.

Banyak orang yang kaya tetapi tak bahagia dan selalu merasa kekurangan. Salah satunya, kawan saya yang kaya mendadak dengan cara memperjual belikan kekuasaannya. Namun alih-alih merasa cukup, istrinya selalu mengeluhkan harga-harga dan biaya hidup yang mahal. Semakin banyak harta yang ia miliki semakin ia merasa kekurangan. Kawan saya ini juga sangat rentan terhadap stres. Hidupnya penuh dengan ketakutan terhadap perubahan apapun yang mungkin terjadi.

Hidup seperti ini memang jauh dari keberkahan.

Uang memang bukanlah segalanya. Orang-orang bijak bahkan selalu mengingatkan kita bahwa yang penting dalam hidup adalah segala sesuatu yang tak dapat dibeli dengan uang: kebahagiaan, cinta,
kesehatan, rasa damai dalam hati, rasa percaya dengan orang lain, dan kesadaran yang sempurna.

(Sumber: Godaan di Atas Segala Godaan oleh Arvan Pradiansyah, penulis buku You Are A Leader)

Saur Yuuuuuk,

Doa hari – 17

Yaa Allah! Tunjukkanlah aku kepada amal kebajikan dan penuhilah hajat serta cita-citaku. Wahai Yang Maha Mengetahui keperluan, tanpa pengungkapan permohonan. Wahai Yang Maha Mengetahui segala yang ada didalam hati seluruh isi alam. Sholawat atas Mohammad dan keluarganya yang suci.

Salam,
NV

Thursday, July 25, 2013

Saur Yuuuuuk DAY 16



Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda, terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia. Penganggur 40 juta orang, anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid, pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1 juta orang, VCD koitus beredar 20 juta keping, kriminalitas merebat di setiap tikungan jalan dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol di ruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya, dan di punggung kita dicap sablon besar-besar Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia. Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu, menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.

Ketika TKW-TKI itu pergi lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan di pelabuhan dan bandara, ketika pulang lihat mereka berdukacita karena majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak yang disiksa malah diperkosa dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi, kita sudah jadi negeri jajahan kembali. Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku. Dulu penjajah kita satu negara, kini penjajah multi-kolonialis banyak bangsa. Mereka berdasi sutra, ramah-tamah luarbiasa dan banyak senyumnya. Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali. Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian. Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi, dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi.

Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram, ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam.

Bergerak ke kiri ketabrak copet, bergerak ke kanan kesenggol jambret, jalan di depan dikuasai maling, jalan di belakang penuh tukang peras, yang di atas tukang tindas. Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung.

Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah. Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu’.

Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya. Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya. Begitu khusyu’nya, engkau kira mereka beribadah. Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah?

Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya, membentang dari depan sampai ke belakang, melimpah dari atas sampai ke bawah, tambah merambah panjang deretan saf jamaah. Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin.

 

Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah? Bagaimana menangkap maling yang prosedur encuriannya malah dilindungi dari atas sampai ke bawah? Dan yang melindungi mereka, ternyata, bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah.

Bagaimana ini?

Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up Operation), tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan.

Kaki kini jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana ke mari, kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.

Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran, otak kanannya berzakat harta, bertaubat nasuha dan memohon ampunan Tuhan.

Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah? Jamaahnya kukuh seperti diding keraton, tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang, malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang, penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian.

Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu, barangkali sekitar satu juta orang ini, cukup jadi sebuah negara mini, meliputi mereka yang pegang kendali perintah, eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol dan mengendalikan meriam, yang berjas dan berdasi.

Bagaimana caranya?

Mau diperiksa dan diusut secara hukum?

Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan?

Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman?

Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?

Percuma Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan Insya Allah tak akan terselesaikan.

Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?

Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan. Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang berhaji juga. Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.

Celakanya, jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita, ada hubungan darah atau teman sekolah, maka kita cenderung tutup mata, tak sampai hati menegurnya.

Celakanya, bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita, orang seagama atau sedaerah, kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu dimakruh-makruhkan dan diam-diam berharap semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.

Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati. Dan lihat kini jendela dan pintu rumah Indonesia dimakan rayap. Kayu kosen, tiang, kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai. Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap. Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai. Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap. Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya. Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar. “Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya!” teriak mereka. “Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!” bantahku.

Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam. Aku melarikan diri kencang-kencang. Mereka mengejarkan lebih kenjang lagi. Mereka menangkapku. “Ambil bensin!” teriak seseorang. “Bakar Rayap,” teriak mereka bersama. Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku. Seseorang memantik korek api. Aku dibakar. Bau kawanan rayap hangus. Membubung Ke udara.

(Sumber: Mungkin Sekali Saya Sendiri Juga Maling oleh Taufiq)

Janganlah mudah menuduh orang lain “Rayap” karena jangan-jangan tuduhan itu akan kembali ke diri sendiri!

Saur Yuuuuuk,

Doa hari – 16

Yaa Allah! Berilah aku kemampuan untuk hidup sebagaimana kehidupan orang-orang yang baik. Dan jauhkanlah aku dari kehidupan bersama orang-orang yang jahat. Dan naungilah aku dengan rahmat-MU hingga sampai kepada alam akhirat. Demi ketuhanan-MU Wahai Tuhan seru sekalian alam.

Salam,
NV

Wednesday, July 24, 2013

Saur Yuuuuuk DAY 15



Memasuki puasa Ramadhan hari ke 15, tema dari Saur Yuuuuuk adalah menelaah gonjang-ganjing kehidupan, instrospeksi, waspada dan saling menyemangati.

Kisah yang satu ini memang agak panjang dan barangkali membosankan tapi cobalah menikmatinya.

 
Khusus untuk bencana Aceh, saya terpaksa menemui Kiai Sudrun. Apakah kata mampu mengucapkan kedahsyatannya? Apakah sastra mampu menuturkan kedalaman dukanya? Apakah ilmu sanggup menemukan dan menghitung nilai-nilai kandungannya?

Wajah Sudrun yang buruk dengan air liur yang selalu mengalir pelan dari salah satu sudut bibirnya hampir membuatku marah. Karena tak bisa kubedakan apakah ia sedang berduka atau tidak. Sebab, barang siapa tidak berduka oleh ngerinya bencana itu dan oleh kesengsaraan para korban yang jiwanya luluh lantak terkeping-keping, akan kubunuh. “Jakarta jauh lebih pantas mendapat bencana itu dibanding Aceh!,” aku menyerbu.

“Kamu juga tak kalah pantas memperoleh kehancuran,” Sudrun menyambut dengan kata- kata yang, seperti biasa, menyakitkan hati.

“Jadi, kenapa Aceh, bukan aku dan Jakarta?”

“Karena kalian berjodoh dengan kebusukan dunia, sedang rakyat Aceh dinikahkan dengan surga.”

“Orang Aceh-lah yang selama bertahun-tahun terakhir amat dan paling menderita dibanding kita senegara, kenapa masih ditenggelamkan ke kubangan kesengsaraan sedalam itu?”

“Penderitaan adalah setoran termahal dari manusia kepada Tuhannya sehingga derajat orang Aceh ditinggikan, sementara kalian ditinggalkan untuk terus menjalani kerendahan.”

“Termasuk Kiai….”

Cuh! Ludahnya melompat menciprati mukaku. Sudah biasa begini. Sejak dahulu kala. Kuusap dengan kesabaran.

“Kalau itu hukuman, apa salah mereka? Kalau itu peringatan, kenapa tidak kepada gerombolan maling dan koruptor di Jakarta? Kalau itu ujian, apa Tuhan masih kurang kenyang melihat kebingungan dan ketakutan rakyat Aceh selama ini, di tengah perang politik dan militer tak berkesudahan?”

Sudrun tertawa terkekeh-kekeh. Tidak kumengerti apa yang lucu dari kata-kataku. Badannya terguncang-guncang.

“Kamu mempersoalkan Tuhan? Mempertanyakan tindakan Tuhan? Mempersalahkan ketidakadilan Tuhan?” katanya.

Aku menjawab tegas, “Ya.”

“Kalau Tuhan diam saja bagaimana?”

“Akan terus kupertanyakan. Dan aku tahu seluruh bangsa Indonesia akan terus mempertanyakan.”

“Sampai kapan?”

“Sampai kapan pun!”

“Sampai mati?”

“Ya!”

“Kapan kamu mati?”

“Gila!”

“Kamu yang gila. Kurang waras akalmu. Lebih baik kamu mempertanyakan kenapa ilmumu sampai tidak mengetahui akan ada gempa di Aceh. Kamu bahkan tidak tahu apa yang akan kamu katakan sendiri lima menit mendatang. Kamu juga tidak tahu berapa jumlah bulu ketiakmu. Kamu pengecut. Untuk apa mempertanyakan tindakan Tuhan. Kenapa kamu tidak melawanNya. Kenapa kamu memberontak secara tegas kepada Tuhan. Kami menyingkir dari bumiNya, pindah dari alam semestaNya, kemudian kamu tabuh genderang perang menantangNya!”

“”Aku ini, Kiai!” teriakku, “datang kemari, untuk merundingkan hal- hal yang bisa menghindarkanku dari tindakan menuduh Tuhan adalah diktator dan otoriter….”

Sudrun malah melompat- lompat. Yang tertawa sekarang seluruh tubuhnya. Bibirnya melebar-lebar ke kiri-kanan mengejekku.

“Kamu jahat,” katanya, “karena ingin menghindar dari kewajiban.”

“Kewajiban apa?”

“Kewajiban ilmiah untuk mengakui bahwa Tuhan itu diktator dan otoriter. Kewajiban untuk mengakuinya, menemukan logikanya, lalu belajar menerimanya, dan akhirnya memperoleh kenikmatan mengikhlaskannya. Tuhan-lah satu-satunya yang ada, yang berhak bersikap diktator dan otoriter, sebagaimana pelukis berhak menyayang lukisannya atau merobek-robek dan mencampakkannya ke tempat sampah.Tuhan tidak berkewajiban apa-apa karena ia tidak berutang kepada siapa-siapa, dan keberadaanNya tidak atas saham dan andil siapa pun. Tuhan tidak terikat oleh baik buruk karena justru Dialah yang menciptakan baik buruk. Tuhan tidak harus patuh kepada benar atau salah, karena benar dan salah yang harus taat kepadaNya. Ainun, Ainun, apa yang kamu lakukan ini? Sini, sini…”-ia meraih lengan saya dan menyeret ke tembok-”Kupinjamkan dinding ini kepadamu….”

“Apa maksud Kiai?,” aku tidak paham.

“Pakailah sesukamu.”

“Emang untuk apa?”

“Misalnya untuk membenturkan kepalamu….”

“Sinting!”

“Membenturkan kepala ke tembok adalah tahap awal pembelajaran yang terbaik untuk cara berpikir yang kau tempuh.”

Ia membawaku duduk kembali.

“Atau kamu saja yang jadi Tuhan, dan kamu atur nasib terbaik untuk manusia menurut pertimbanganmu?,” ia pegang bagian atas bajuku.

 “Kamu tahu Muhammad?”, ia meneruskan, “Tahu? Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallah, tahu? Ia manusia mutiara yang memilih hidup sebagai orang jelata. Tidak pernah makan kenyang lebih dari tiga hari, karena sesudah hari kedua ia tak punya makanan lagi. Ia menjahit bajunya sendiri dan menambal sandalnya sendiri. Panjang rumahnya 4,80 cm, lebar 4,62 cm. Ia manusia yang paling dicintai Tuhan dan paling mencintai Tuhan, tetapi oleh Tuhan orang kampung Thaif diizinkan melemparinya dengan batu yang membuat jidatnya berdarah. Ia bahkan dibiarkan oleh Tuhan sakit sangat panas badan oleh racun Zaenab wanita Yahudi. Cucunya yang pertama diizinkan Tuhan mati diracun istrinya sendiri. Dan cucunya yang kedua dibiarkan oleh Tuhan dipenggal kepalanya kemudian kepala itu diseret dengan kuda sejauh ratusan kilometer sehingga ada dua kuburannya. Muhammad dijamin surganya, tetapi ia selalu takut kepada Tuhan sehingga menangis di setiap sujudnya. Sedangkan kalian yang pekerjaannya mencuri, kelakuannya penuh kerendahan budaya, yang politik kalian busuk, perhatian kalian kepada Tuhan setengah-setengah, menginginkan nasib lebih enak dibanding Muhammad? Dan kalau kalian ditimpa bencana, Tuhan yang kalian salahkan?”

Tangan Sudrun mendorong badan saya keras-keras sehingga saya jatuh ke belakang.

“Kiai,” kata saya agak pelan, “Aku ingin mempertahankan keyakinan bahwa icon utama eksistensi Tuhan adalah sifat Rahman dan Rahim….”

“Sangat benar demikian,” jawabnya, “Apa yang membuatmu tidak yakin?”

“Ya Aceh itu, Kiai, Aceh…. Untuk Aceh-lah aku bersedia Kiai ludahi.”

“Aku tidak meludahimu. Yang terjadi bukan aku meludahimu. Yang terjadi adalah bahwa kamu pantas diludahi.”

“Terserah Kiai, asal Rahman Rahim itu….”

“Rahman cinta meluas, Rahim cinta mendalam. Rahman cinta sosial, Rahim cinta lubuk hati. Kenapa?”

“Aceh, Kiai, Aceh.”

“Rahman menjilat Aceh dari lautan, Rahim mengisap Aceh dari bawah bumi. Manusia yang mulia dan paling beruntung adalah yang segera dipisahkan oleh Tuhan dari dunia. Ribuan malaikat mengangkut mereka langsung ke surga dengan rumah-rumah cahaya yang telah tersedia. Kepada saudara- saudara mereka yang ditinggalkan, porak poranda kampung dan kota mereka adalah medan pendadaran total bagi kebesaran kepribadian manusia Aceh, karena sesudah ini Tuhan menolong mereka untuk bangkit dan menemukan kembali kependekaran mereka. Kejadian tersebut dibikin sedahsyat itu sehingga mengatasi segala tema Aceh Indonesia yang menyengsarakan mereka selama ini. Rakyat Aceh dan Indonesia kini terbebas dari blok-blok psikologis yang memenjarakan mereka selama ini, karena air mata dan duka mereka menyatu, sehingga akan lahir keputusan dan perubahan sejarah yang melapangkan kedua pihak”.

“Tetapi terlalu mengerikan, Kiai, dan kesengsaraan para korban sukar dibayangkan akan mampu tertanggungkan.”

“Dunia bukan tempat utama pementasan manusia. Kalau bagimu orang yang tidak mati adalah selamat sehingga yang mati kamu sebut tidak selamat, buang dulu Tuhan dan akhirat dari konsep nilai hidupmu. Kalau bagimu rumah tidak ambruk, harta tidak sirna, dan nyawa tidak melayang, itulah kebaikan; sementara yang sebaliknya adalah keburukan-berhentilah memprotes Tuhan, karena toh Tuhan tak berlaku di dalam skala berpikirmu, karena bagimu kehidupan berhenti ketika kamu mati.”

“Tetapi kenapa Tuhan mengambil hamba-hambaNya yang tak berdosa, sementara membiarkan para penjahat negara dan pencoleng masyarakat hidup nikmat sejahtera?”

“Mungkin Tuhan tidak puas kalau keberadaan para pencoleng itu di neraka kelak tidak terlalu lama. Jadi dibiarkan dulu mereka memperbanyak dosa dan kebodohannya. Bukankah cukup banyak tokoh negerimu yang baik yang justru Tuhan bersegera mengambilnya, sementara yang kamu doakan agar cepat mati karena luar biasa jahatnya kepada rakyatnya malah panjang umurnya?”

“Gusti Gung Binathoro!,” saya mengeluh, “Kami semua dan saya sendiri, Kiai, tidaklah memiliki kecanggihan dan ketajaman berpikir setakaran dengan yang disuguhkan oleh perilaku Tuhan.”

“Kamu jangan tiba-tiba seperti tidak pernah tahu bagaimana pola perilaku Tuhan. Kalau hati manusia berpenyakit, dan ia membiarkan terus penyakit itu sehingga politiknya memuakkan, ekonominya nggraras dan kebudayaannya penuh penghinaan atas martabat diri manusia sendiri- maka Tuhan justru menambahi penyakit itu, sambil menunggu mereka dengan bencana yang sejati yang jauh lebih dahsyat. Yang di Aceh bukan bencana pada pandangan Tuhan. Itu adalah pemuliaan bagi mereka yang nyawanya diambil malaikat, serta pencerahan dan pembangkitan bagi yang masih dibiarkan hidup.”

“Bagi kami yang awam, semua itu tetap tampak sebagai ketidakadilan….”

“Alangkah dungunya kamu!” Sudrun membentak, “Sedangkan ayam menjadi riang hatinya dan bersyukur jika ia disembelih untuk kenikmatan manusia meski ayam tidak memiliki kesadaran untuk mengetahui, ia sedang riang dan bersyukur.”

“Jadi, para koruptor dan penindas rakyat tetap aman sejahtera hidupnya?”

“Sampai siang ini, ya. Sebenarnya Tuhan masih sayang kepada mereka sehingga selama satu dua bulan terakhir ini diberi peringatan berturut-turut, baik berupa bencana alam, teknologi dan manusia,dengan frekuensi jauh lebih tinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Tetapi, karena itu semua tidak menjadi pelajaran, mungkin itu menjadikan Tuhan mengambil keputusan untuk memberi peringatan dalam bentuk lebih dahsyat. Kalau kedahsyatan Aceh belum mengguncangkan jiwa Jakarta untuk mulai belajar menundukkan muka, ada kemungkinan….”

“Jangan pula gunung akan meletus, Kiai!” aku memotong, karena ngeri membayangkan lanjutan kalimat Sudrun.

“Bilang sendiri sana sama gunung!” ujar Sudrun sambil berdiri dan ngeloyor meninggalkan saya.
“Kiai!” aku meloncat mendekatinya, “Tolong katakan kepada Tuhan agar beristirahat sebentar dari menakdirkan bencana-bencana alam….”

“Kenapa kau sebut bencana alam? Kalau yang kau salahkan adalah Tuhan, kenapa tak kau pakai istilah bencana Tuhan?”

Sudrun benar-benar tak bisa kutahan. Lari menghilang.

(Sumber: Gunung Jangan Pula Meletus oleh Emha Ainun)

Kadang kita lupa bahwa tak semua kejadian dapat dipahami dengan kepandaian semata. Manakala nalar dan nurani saling menjauh maka iman yang menjadi petunjuknya.

Saur Yuuuuuk,

Doa hari – 15

Yaa Allah! Berilah aku rizki berupa ketaatan orang-orang yang khusyu'.
Dan lapangkanlah dadaku dengan taubatnya orang-orang yang menyesal, dengan keamanan-MU, Wahai Keamanan untuk orang-orang yang takut.

Salam,
NV