Menjadi yang pertama sering kali akan
menghadapi berbagai macam ujian dan tantangan. Namun, dengan keyakinan kuat,
apa yang membawa manfaat akan mendatangkan berkat.
Orang yang mengambil inisiatif untuk melakukan suatu hal, biasanya akan
menjadi orang yang paling banyak mendapat hasil. Hal ini sesuai dengan
“prinsip” be the first, yakni siapa yang pertama, ia yang paling banyak
mendapat kesempatan. Namun tentu, sebagai orang pertama, ia juga yang biasanya
paling banyak mendapat tentangan, keraguan, bahkan cacian. Sebab, sebagai yang
paling berinisiatif kali pertama, dobrakan dalam melangkah sering kali dianggap
melawan kebiasaan atau mainstream.
Tapi, di sinilah kunci bagi orang “pertama” yang memiliki kepercayaan
terhadap apa yang diperjuangkan. Apa
yang diyakini sebagai sebuah keniscayaan jika terus diperjuangkan, sering kali
mampu melahirkan “sejarah” kehidupan. Meski, sering pula melahirkan banyak
pengorbanan yang tak sedikit.
Kisah berikut ini, barang kali bisa kita petik maknanya bagi kehidupan…
Pada zaman dahulu kala, ada sebuah desa terapung di daerah Tiongkok
Kuno. Rumah mereka berdiri di atas air. Mereka hidup damai, meski dengan
lingkungan yang terbatas.
Dalam budaya mereka, ada sebuah kebiasaan unik untuk mencari jodoh.
Yakni, bila telah menginjak dewasa, para pemuda dan gadis akan saling memanggil
dari rumah ke rumah, yang berdiri di atas air tersebut. Jika mereka saling
cocok, panggilan tersebut akan berbalas dan akhirnya antar kedua rumah akan
dibangun sebuah jembatan cinta. Saat membangun jembatan itulah, keluarga si
pemuda biasanya akan memberikan dukungan untuk membantu menyelesaikan jembatan.
Tradisi tersebut telah berjalan sekian lama, sehingga mereka berkembang
menjadi satu buah desa besar yang masing-masing keluarga terdiri dari para
tetangga yang saling mengenal satu sama lain.
Suatu kali, ada seorang pemuda yang mendengar sebuah bisikan lirih di
kejauhan. Namun entah mengapa, ia meyakini, itu adalah panggilan dari takdir
pasangan hidupnya. Ia pun mengutarakan kepada keluarganya, untuk membangun
jembatan penghubung kepada suara gadis yang didengarnya tersebut.
Namun, karena dianggap terlalu jauh dan melawan tradisi, keinginan si
pemuda untuk membangun jembatan tak didukung keluarganya. Tetapi, si pemuda
berkeras. Ia merasa, itu adalah panggilan jodoh yang sudah ditunggu dalam
hidupnya.
Karena tak mendapat dukungan keluarga, si pemuda akhirnya nekat
membangun sendiri jembatan itu. Ia tak peduli omongan orang lain. Yang ia tahu,
ia harus membangun dan merancang jembatan yang baru kali pertama, akan keluar
dari lingkup komunitas desa tersebut. Untuk itu, ia membangun jembatan dengan
sangat kuat. Jika biasanya mereka hanya membangun jembatan dari bambu dan kayu,
ia membangun fondasi hingga ke dasar air dengan beton. Meski konsekuensinya
sangat berat dan melelahkan, si pemuda tetap bersemangat.
Segala macam keraguan selalu menghampiri si pemuda. Dari dianggap
melawan tradisi, melakukan hal yang tak jelas, hingga melakukan sebuah
kesia-siaan. Namun, si pemuda tetap pada tekadnya. Dari hari ke hari, bulan ke
bulan, tak terasa delapan tahun ia membangun jembatan tersebut. Hingga, sebuah
jembatan kokoh akhirnya benar-benar menghubungan dirinya dengan si gadis yang
ternyata kemudian benar-benar menjadi pasangan hidupnya.
Suatu kali, sebuah bencana besar terjadi. Angin ribut dan hujan lebat
memorak-porandakan desa tersebut. Karena sebagian besar bangunan dan jembatan
yang ada sebelumnya hanya dari bambu dan kayu, semuanya tak mampu menahan
bencana tersebut. Namun, berkat ada jembatan kokoh yang dibuat si pemuda
sebelumnya, akhirnya semua penduduk desa berhasil terselamatkan ke desa si
gadis. Akhirnya, mereka pun berterima kasih kepada si pemuda yang berhasil
meyakini dan memperjuangkan apa yang menjadi panggilannya.
Dari kisah tersebut, kita melihat bagaimana si pemuda menjadi orang
pertama yang berani “melawan” kebiasaan. Dan, ia pun berjuang sebagai “orang
pertama” untuk mewujudkan apa yang diyakini. Dalam perjuangan tersebut, segala
macam “ujian” berupa keraguan, kesulitan, halangan, dan tantangan, pasti
terjadi. Begitu juga dengan siapa saja dari kita yang mencoba menjadi sang
pionir atau menjadi yang pertama.
Namun kita harus yakin bahwa dalam
setiap inovasi—sepanjang kita meyakini hal tersebut mendatangkan manfaat—harus
ada kekuatan tekad untuk berjuang melawan batasan yang ada. Karena itu,
jika punya ide, punya niatan baik, punya konsep, punya hal baik yang bisa
dilakukan, segera wujudkan! Jangan takut pada omongan-omongan yang bernada
meragukan, sebab sejatinya, kunci kekuatan sejati telah ada dalam diri.
Mari jadikan semangat sebagai sang perintis untuk mewujudkan hal terbaik
bagi diri sendiri dan sekitar kita. Nikmati perjuangan yang kita lakukan,
jadikan setiap langkah sebagai pembelajaran. Niscaya akan banyak “inovasi” yang
akan membawa kita sebagai pemenang sejati kehidupan.
Salam sukses luar biasa(Oleh Andrie Wongso, Jumat, 21 Juni 2013)
Saur Yuuuuuk,
Doa hari – 25
Yaa Allah! Jadikanlah aku orang-orang
yang mencintai Auliya-MU dan memusuhi musuh-musuh MU. Jadikanlah aku pengikut
sunnah-sunnah penutup Nabi-MU, Wahai Penjaga hati para Nabi.
Salam,NV
No comments:
Post a Comment