Seorang penyelundup yang sedang
buron pergi menemui seorang bijak dan memintanya menyembunyikan barang-barang
terlarang dalam rumahnya. Ia yakin berkat kesalehan orang bijak itu, tak
seorangpun akan mencurigainya.
Orang bijak itu menolak dan
meminta penyelundup itu segera keluar dari rumahnya. ”Saya akan memberikan 100
ribu dolar untuk kebaikan Anda, ” kata si penyelundup. Orang bijak itu agak
ragu-ragu sebelum mengatakan ”Tidak.”
”200 ribu,” orang bijak itu tetap
menolak. ”500 ribu,” orang bijak itu mengambil tongkat dan berteriak, ”Keluar
sekarang juga! Kamu sudah sangat dekat dengan harga saya.”
Sebuah kesadaran yang tepat
waktu! Orang bijak itu sadar begitu dirinya tergoda. Kesadaran ini sangat
penting. Banyak orang yang tak sadar bahwa dirinya tergoda. Mereka baru sadar
setelah segalanya terjadi. Kurangnya latihan seringkali menyebabkan kesadaran
datang terlambat.
Namun, ada lagi jenis kesadaran
yang lebih tinggi tingkatnya daripada ini. Inilah kesadaran sebelum peristiwa
apapun terjadi. Anda sadar sepenuhnya akan keberadaan Anda, akan posisi dan
kekuasaan yang Anda miliki. Anda sadar sepenuhnya bahwa kedudukan Anda sangat rawan terhadap godaan.
kekuasaan yang Anda miliki. Anda sadar sepenuhnya bahwa kedudukan Anda sangat rawan terhadap godaan.
Semua jabatan memang rawan
godaan. Karena itu Anda harus waspada dan sadar sepenuhnya terhadap segala
bentuk godaan ini. Seorang pejabat pemerintah akan selalu digoda oleh para
pengusaha yang ingin berbisnis. Para penegak hukum akan selalu digoda oleh para
pelanggar
hukum. Begitu juga dengan anggota legislatif, anggota KPU, anggota Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Mereka harus sadar terhadap politik uang yang selalu mengintai setiap saat.
hukum. Begitu juga dengan anggota legislatif, anggota KPU, anggota Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Mereka harus sadar terhadap politik uang yang selalu mengintai setiap saat.
Tak memiliki kedudukan formal pun
bukan berarti bebas dari incaran politik uang. Para ilmuwan, cendekiawan, dan
pengamat termasuk dalam kategori ini. Banyak pengamat yang dapat dibeli untuk
kepentingan orang-orang tertentu. Mereka mau mempertaruhkan kecendekiawanannya
untuk membuat polling maupun prediksi-prediksi yang tendensius untuk mempengaruhi opini publik. Jadi, rakyat biasapun tak terkecuali, lebih-lebih menjelang pemilu tahun depan.
untuk membuat polling maupun prediksi-prediksi yang tendensius untuk mempengaruhi opini publik. Jadi, rakyat biasapun tak terkecuali, lebih-lebih menjelang pemilu tahun depan.
Semuanya bermuara pada satu kata
kunci: uang.
Seorang bijak, Sophocles, pernah
mengingatkan kita, ”Tak ada satu halpun di dunia ini yang paling meruntuhkan
moral selain uang.” Memang benar, uang adalah alat penggoda terbesar di dunia. Bahkan
berbeda dengan jenis penggoda lainnya seperti wanita dan tahta, tidak ada
satupun orang di dunia yang tidak membutuhkan uang. Kita semua sibuk mencari
uang agar dapat hidup dengan layak. Nah, karena kita memang mencarinya, sangat
wajar kalau kita tergoda ketika ada orang yang menawarkan benda tersebut kepada
kita.
Godaan terbesar uang adalah
merubah pandangan hidup kita dari ”memiliki” menjadi ”dimiliki.”
Kita memang perlu memiliki uang
untuk menjalani hidup, tapi uang hanya berfungsi sebagai alat. Kitalah yang
menjadi tuannya. Celakanya, posisi ini sering kali bertukar karena godaan yang
ditawarkan uang sangat kuat. Akhirnya kitalah yang ”dimiliki” oleh uang.
Tanda-tanda penyakit ini adalah kalau Anda mulai merasa takut kehilangan
kedudukan Anda. Ini berarti Anda telah ”dimiliki” oleh uang. Ini akan
menghilangkan kebebasan Anda dalam mengungkapkan kebenaran.
Pandangan kita terhadap uangpun
perlu kita telaah lebih jauh.
Kita seringkali berpikir secara terbalik
yaitu: have -> do -> be. Kita berusaha memiliki lebih banyak uang (have)
agar kita dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan (do), dan mengira kalau
itu tercapai akan membuat kita lebih bahagia (be).
Padahal, yang perlu kita lakukan
adalah sebaliknya yaitu be -> do -> have. Yang pertama dan utama adalah
menjadi diri sendiri (be), kemudian melakukan apa yang harus dilakukan (do)
agar dengan begitu kita memiliki apa yang kita inginkan (have).
Masalahnya, kita seringkali
menyamakan uang dengan kebahagiaan.
Padahal, uang adalah apa yang
kita dapatkan (have), sementara kebahagiaan adalah sesuatu yang sudah ada di
dalam diri kita sendiri (be). Dengan menggunakan urutan be -> do -> have,
maka kebahagiaan itulah yang harus ada lebih dulu. Kebahagiaan adalah sesuatu
yang
bersifat bebas dan tidak tergantung pada apapun yang kita miliki.
bersifat bebas dan tidak tergantung pada apapun yang kita miliki.
Banyak orang yang kaya tetapi tak
bahagia dan selalu merasa kekurangan. Salah satunya, kawan saya yang kaya
mendadak dengan cara memperjual belikan kekuasaannya. Namun alih-alih merasa
cukup, istrinya selalu mengeluhkan harga-harga dan biaya hidup yang mahal. Semakin
banyak harta yang ia miliki semakin ia merasa kekurangan. Kawan saya ini juga
sangat rentan terhadap stres. Hidupnya penuh dengan ketakutan terhadap
perubahan apapun yang mungkin terjadi.
Hidup seperti ini memang jauh
dari keberkahan.
Uang memang bukanlah segalanya.
Orang-orang bijak bahkan selalu mengingatkan kita bahwa yang penting dalam
hidup adalah segala sesuatu yang tak dapat dibeli dengan uang: kebahagiaan, cinta,
kesehatan, rasa damai dalam hati, rasa percaya dengan orang lain, dan kesadaran yang sempurna.
kesehatan, rasa damai dalam hati, rasa percaya dengan orang lain, dan kesadaran yang sempurna.
(Sumber: Godaan di Atas Segala Godaan oleh Arvan Pradiansyah, penulis
buku You Are A Leader)
Saur Yuuuuuk,
Doa hari – 17
Yaa Allah! Tunjukkanlah aku kepada
amal kebajikan dan penuhilah hajat serta cita-citaku. Wahai Yang Maha
Mengetahui keperluan, tanpa pengungkapan permohonan. Wahai Yang Maha Mengetahui
segala yang ada didalam hati seluruh isi alam. Sholawat atas Mohammad dan
keluarganya yang suci.
Salam,
NV
No comments:
Post a Comment