Sebelum dunia kehilangan Sang Maestro ini, saya sempat berkunjung ke
kantor pusatnya yang disebut Apple Campus dan berlokasi di 1 Infinity Loop,
Cupertino, California, Amerika Serikat (AS). Cara penamaan kantor yang disebut
“kampus” dan jalannya disebut “Infinity Loop”, saja sudah memperlihatkan
kreativitas dan kejeniusannya. Disebut kampus karena bangunan dan lingkungan
kantor ini memang seperti kampus dari suatu universitas dan disebut Infinity
Loop karena jalan ini berbentuk lingkaran dan karena itu tidak terhingga atau
tak berakhir, seperti arti infinity.
Jika kita membandingkan Steve dengan maestro terkenal lainnya,
seperti Bill Gates, Warren Buffett, dan Larry Allison, Steve memang tampil
sangat beda. Di antaranya ia tidak banyak tampil untuk di-interview oleh
media dan tidak dikenal melalui perbuatan philanthropy yang mendonasikan
miliaran dolar seperti yang dilakukan maestro-maestro ini. Hal ini,
antara lain, membuktikan bahwa Steve Jobs adalah Steve Jobs yang menjalani
hidupnya dengan hasil pemikirannya sendiri, bukan dari orang lain. Kisah
kehidupan berikutnya ini juga mencerminkan bagaimana ia menerapkan pemikiran
dan suara hatinya yang mendalam secara merdeka.
Ia lahir dari orang tua yang miskin dan tidak berpendidikan karena itu
ia diberikan pada orang lain dengan dua persyaratan, pertama, orang tua
angkatnya harus memiliki gelar sarjana dan kedua, Steve sendiri harus
disekolahkan hingga meraih gelar sarjana. Ternyata Steve diangkat oleh pasangan
yang tidak memiliki gelar sarjana dan ia sendiri tidak berhasil meraih gelar
sarjana. Ia drop out dari Reed College setelah semester pertama pada
tahun 1972 karena kekurangan biaya. Ia bilang, “Saya tidak memiliki kamar
asrama, jadi saya tidur di lantai kamar seorang teman, saya menjual botol Coca
Cola 5 sen per botol untuk beli makanan, dan jalan sejauh tujuh mile
untuk menyeberangi kota setiap hari Minggu untuk mendapatkan makanan yang baik
di vihara Hare Krishna.”
Singkatnya, ketika ia kembali bergabung dengan Apple (sebelumnya ia sempat dipecat di perusahaan yang sama, suatu perusahaan yang ia bangun), di dalam suatu sesi meeting mengenai product strategy, secara jelas bagaimana Steve Jobs mempraktikkan kemerdekaan berpikir, keberanian untuk mengikuti hati, dan intuisi tanpa terjebak oleh dogma.
Singkatnya, ketika ia kembali bergabung dengan Apple (sebelumnya ia sempat dipecat di perusahaan yang sama, suatu perusahaan yang ia bangun), di dalam suatu sesi meeting mengenai product strategy, secara jelas bagaimana Steve Jobs mempraktikkan kemerdekaan berpikir, keberanian untuk mengikuti hati, dan intuisi tanpa terjebak oleh dogma.
Dalam meeting tersebut, banyak para eksekutif yang melontarkan
ide-ide pengembangan produk baru, tiba-tiba terdengar teriakan Steve yang
kencang, “Berhenti, Ini semuanya gila!”
Lalu ia mengambil satu magic marker (spidol), mendekati whiteboard
dan membuat garis horizontal dan vertikal untuk membuat diagram empat persegi.
Maka berkatalah ia “Ini yang akan kita
lakukan.” Di dua kolom atas ia menulis “Customer” dan “Pro”,
kolom lain di bawah ia tulis “Desktop” dan “Portable.” Lalu ia
berkata lagi, “Pekerjaan mereka adalah membuat empat produk yang hebat, satu
untuk setiap kuadran.” Ruangan meeting menjadi sepi dan tegang.
Steve Jobs berusaha membuat produk dari konsep simplicity dan
hendak mengubah Apple secara keseluruhan ke arah yang sama. Perbuatan ini
bertentangan dengan kebijakan dan culture perusahaanya pada saat itu,
mereka lebih menerapkan strategi product diversification. Banyak yang
tidak setuju akan idenya tersebut, tetapi ia memaksakan dan bilang, “I can
make it work!”
Boleh dikatakan dalam sekejab, ia talah memecat 3.000 karyawan dan
mengurangi 70 persen produk-produk yang sedang Apple kerjakan. Tiba-tiba para
insinyur serta manager di Apple konsentrasi kerjanya menjadi sangat
tajam ke empat area itu, yaitu:
Kuadran pertama, professional desktop yang memfokuskan pada
pembuatan Power Machintosh G3. Kuadran kedua, professional portable yang
menciptakan PowerBook G3. Kuadran ketiga, consumer desktop sebagai
landasan pembuatan iMac. Kuadran keempat, comsumer portable yang
memperkenalkan iBook. Huruf “i” di sini untuk menunjukkan bahwa produk ini
terintegrasi secara sempurna dengan Internet.
Pada saat ini, kita bisa lihat apa yang terjadi dengan Apple. Produknya
telah terjual ke seluruh dunia, karena itu pula, dikabarkan perusahaan ini kini
memiliki uang cash yang lebih banyak dari pemerintahan negara federal
AS.
Adalah hal yang umum jika orang berpikir bahwa gaji CEO di AS besarnya
hingga jutaan dolar per tahun. Namun tidak demikian dengan Steve. Sejak
bergabung kembali dengan Apple pada tahun 1997, ia hanya menerima USD 1 (satu
dolar AS) gaji per tahun.
Pada tahun 2007, sambil bercanda, ia bilang, “Saya terima 50 sen per tahun untuk kehadiran, dan 50 sen yang lainnya
adalah untuk pencapaian saya”.
Memang benar bahwa ia hanya menerima gaji USD 1 per tahun, tetapi pada
awal tahun 2011, Steve memiliki 5,5 juta share-nya Apple. Setelah
meninggal, satu share Apple bernilai USD 377,64. Di samping itu, ia juga
memiliki USD 7 miliar dari hasil penjulan Pixar ke Disney tahun 2006. Pada
tahun 2011, dengan kekayaan bersih USD 8,3 miliar, ia menjadi orang ke-110
terkaya di dunia.
Yang jelas, Sang Maestro ini telah meninggalkan produk yang membuat hidup manusia menjadi lebih mudah dan penuh warna yang berlandaskan filosofi untuk keluar dari jebakan dogma. Membebaskan diri dari jebakan dogma ini jugalah yang membuat ia menjadi begitu kreatif, jenius, sukses dan berkembang seoptimalnya. Dengan jelas ia katakan, “Your time is limited, so don't waste it living someone else's life. Don't be trapped by dogma — which is living with the results of other people's thinking. Don't let the noise of others' opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition” atau “Waktu Anda terbatas, jadi jangan menghabiskannya dengan kehidupan orang lain. Jangan terjebak oleh dogma – yang berarti menjalani hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Jangan membiarkan keributan pendapat orang lain menarik Anda keluar dari suara hati Anda. Dan yang terpenting, punyailah keberanian untuk mengikuti hati dan intuisi Anda”.
____________Yang jelas, Sang Maestro ini telah meninggalkan produk yang membuat hidup manusia menjadi lebih mudah dan penuh warna yang berlandaskan filosofi untuk keluar dari jebakan dogma. Membebaskan diri dari jebakan dogma ini jugalah yang membuat ia menjadi begitu kreatif, jenius, sukses dan berkembang seoptimalnya. Dengan jelas ia katakan, “Your time is limited, so don't waste it living someone else's life. Don't be trapped by dogma — which is living with the results of other people's thinking. Don't let the noise of others' opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition” atau “Waktu Anda terbatas, jadi jangan menghabiskannya dengan kehidupan orang lain. Jangan terjebak oleh dogma – yang berarti menjalani hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Jangan membiarkan keributan pendapat orang lain menarik Anda keluar dari suara hati Anda. Dan yang terpenting, punyailah keberanian untuk mengikuti hati dan intuisi Anda”.
- Sumber: Dr. Beni Bevly adalah business expert, penulis multiple buku, radio
talk show guest di PAS FM yang bermukim di Silicon Valley, Amerika Serikat.
- Artikel ini dimuat di Majalah LuarBiasa edisi Maret
2013.
- Foto: Cnn.money.com, Blog.scout.
Saur Yuuuuk,
Doa hari – 21
Yaa Allah! benilah aku petunjuk menuju
kepada keridloan-MU.
Dan janganlah Engkau berjalan kepada
setan untuk menguasaiku.
Jadikanlah sorga bagiku sebagai tempat tinggal
dan peristirahatan, Wahai Pemenuh keperluan orang-orang yang meminta.
Salam,
NV
No comments:
Post a Comment