Dear Sedulurs,
Ini kisah lanjutan Saur Yuuuuuk Day 1 tentang
Penghormatan kepada Orang Tua
Berbuat Baik kepada Orang Tua Bagian 2
Anak adalah bagian hidup dan
belahan hati orang tua, kasih sayangnya mengalir di dalam darah daging
keduanya.
Dari 'Aqra' bin Habis
sesungguhnya dia melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mencium Hasan,
lalu dia berkata: "Sesung-guhnya saya mempunyai sepuluh orang anak dan
saya tidak pernah mencium seorangpun di antara mereka. Beliau bersabda: "Sesungguhnya
barangsiapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayang". (Muttafaq
'alaih)
Al-Ahnaf bin Qais rahimahullah
ditanya tentang masalah sikapnya terhadap anak, maka beliau menjawab: Anak
adalah buah hati, belahan jiwa dan tulang punggung, kita rela terhina bagaikan bumi
rela diinjak demi mereka dan bagaikan langit yang siap menaungi hidup mereka
dan kita siap menjadi senjata pelindung bagi mereka dalam menghadapi
marabahaya. Jika mereka minta sesuatu kabulkanlah dan bila marah cari sesuatu
yang menyenangkan hatinya, maka mereka akan membalas kasih sayangmu dan
berterimakasih atas setiap pemberian-mu. Janganlah kalian merasa berat dan
terbebani oleh anakmu, sebab mereka akan mengacuhkan hidupmu dan menghendaki
kematianmu serta segan mendekati-mu.
Apabila seorang anak di mata
orang tua kedudukannya seperti itu, seharusnya anak menempatkan posisi orang
tua tidak kurang dari itu dalam menghormati dan memuliakan orang tua mereka
sebagai bukti balas budi dan pengakuan terhadap kebaikan yang telah didapat
dari orang tua. Di samping tetap melestarikan kewajiban silaturrahim kepada
mereka berdua sesuai ketentuan Kitabullah.
Dari Abu Hurairah sesungguhnya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga macam
doa yang pasti terkabulkan; doa orang tua untuk anaknya, doa orang musafir dan
doa orang yang teraniaya". (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, Al-Albani).
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu
Hurairah bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam meminta izin untuk ikut serta berjihad, maka beliau
shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Apakah kedua orang tuamu masih
hidup? Dia berkata: "Ya, masih hidup". Beliau bersabda: "Maka
berjihadlah dalam (menjaga) keduanya".
Dari Abu Bakrah berkata
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maukah
kalian aku ceritakan tentang dosa yang paling besar?" Kami menjawab:
"Ya wahai Rasu-lullah". Beliau bersabda: "Menyekutukan Allah
dan durhaka kepada kedua orang tua." Beliau waktu itu bersandar, maka
terus duduk dan bersabda: "Ketahuilah, dan perkataan dusta". (Shahihul
Jami')
Dari Abdullah Ibnu Mas'ud
berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: Apakah
amal yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab: "Shalat pada
waktunya." Saya bertanya: "Lalu apalagi?" Beliau bersabda: "Berbuat
baik kepada orang tua". Saya bertanya: "Kemudian apalagi?"
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersab-da: "Jihad di jalan
Allah". (Muttafaq 'alaih)
Dari Jabir bin Abdullah
sesungguhnya seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah sesungguhnya saya
mempunyai harta dan anak, dan bapak saya meng-inginkan hartaku. Maka beliau
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Engkau dan hartamu adalah
milik bapakmu". (Muttafaq 'alaih).
Dan petunjuk birrul walidain
yang terbaik adalah sikap yang telah ditunjukkan oleh para nabi 'alaihimus
shalatu wa salam sebagai simbol anutan dan petunjuk bagi setiap manusia.
Nabi Ismail 'alaihi salam
berkata dan ucapannya diabadikan dalam firman Allah Ta'ala: "Ia
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar". (Ash-Shafaat:
102).
Nabi Nuh 'alaihi salam berkata
juga dan ucapannya dise-butkan dalam firman Allah Ta'ala: "Ya
Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan
beriman". (Nuh: 28)
Nabi Isa 'alaihi salam
juga disifati oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya: "Dan berbakti
kepada ibuku". (Maryam: 32)
Nabi Yahya 'alaihi salam juga
disifati oleh Allah Ta'ala demikian yang disebutkan dalam firman Allah: "Dan
banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong
lagi durhaka". (Maryam: 14)
Betapa indahnya bila seorang
muslim bisa mencontoh dan mengikuti jejak para nabi.
Wahai anakku siang malam
sepanjang umurku, aku korbankan untukmu agar kalian berbahagia, kedua orang
tuamu letih dan menderita serta hati gundah bila engkau sedang sakit dan
wajahmu pucat. Anakku tercin-ta. Itulah kalimat yang sering diulang-ulang oleh
seorang ibu atau bapak.
Wahai seorang anak! Ingatlah jasa
kedua orang tuamu yang besar tatkala engkau masih berada dalam kandungan, di
saat kau masih bayi dan setelah kau menginjak remaja hingga engkau menjadi
orang dewasa. Sekarang tiba saatnya kedua orang tuamu membutuh-kan kasih sayang
dan perhatian darimu. Sementara engkau hanya sibuk mengurusi isteri dan
anak-anakmu hingga orang tuamu engkau abaikan, padahal orang arab jahiliyah
dulu menganggap aib dan harga diri jatuh jika ada seorang anak yang durhaka
kepada kedua orang tuanya. Peribahasa-peribahasa Arab menceritakannya,
menuduhnya dengan gambaran yang sangat jelek sekali bahkan memberinya julukan
dengan julukan-julukan yang sangat keji. Akan tetapi kita membaca banyak cerita
di zaman sekarang tentang cerita anak-anak yang durhaka kepada kedua orang
tuanya.
Abu Ubaidah At-Taimy dalam
kitabnya, Al-'Aqaqah wal Bararah menuturkan beberapa contoh orang-orang
yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya dan beberapa contoh orang-orang
yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Seorang dari bani Qurai' bernama Murrah
bin Khattab bin Abdullah bin Hamzah pernah mengejek dan terkadang memukul orang
tuanya, se-hingga bapaknya berkata:
Saya besarkan dia tatkala dia
masih kecil bagaikan anak burung yang baru lahir yang masih lemah
tulang-belulangnya. Induknya yang menyuapi makan sampai melihat anaknya sudah
mulai berkulit sempurna.
Dan contoh lain yang durhaka
kepada orang tuanya adalah putra Umi Tsawab Al-Hazaniyah, dia durhaka kepada
ibunya karena isterinya selalu menghalangi untuk berbuat baik kepada ibunya,
sehingga ibunya mengungkapkan kepedihan hati dalam sebuah syair:
Saya mengasuhnya di masa kecil
tatkala masih seper-ti anak burung, sementara induknya yang menyuapi makanan
dan melihat kulitnya yang masih baru tumbuh.
Setelah dewasa dia merobek
pakaianku dan me-mukul badanku, apakah setelah masa tuaku aku harus mengajari
etika dan adab.
Dan juga Yahya bin Yahya bin
Said, suatu ketika dia pernah menyusahkan bapaknya lalu bapaknya menghardiknya
dengan menulis syair:
Semenjak lahir dan masa bayi
yang masih kecil aku mengasuhmu, dan saya selalu berusaha agar engkau menjadi
orang tinggi dan berkecukupan.
Di malam hari engkau mengeluh
sakit hingga tidak bisa tidur. Keluhan itu membuatku gundah dan ketakutan.
Jiwa selalu gelisah memikirkan
keselamatan untuk dirimu, sebab aku tahu setiap jiwa terancam oleh ke-matian.
Contoh-contoh di atas merupakan
sebagian dari beberapa kasus anak durhaka kepada kedua orang tua-nya yang
terjadi pada masa lampau dan sekarang.
Dan di dalam sebagian lagu-lagu
masyarakat jahili-yah dahulu, yang sering para wanita lantunkan adalah: Ya
Allah, apa yang harus saya perbuat terhadap anakku yang durhaka, di masa kecil
aku dengan susah payah membesarkannya, setelah menikah dengan seorang putri
Romawi dia berbuat semena-mena terhadapku. Wanita ini mengadu kepada Allah
terhadap sikap anaknya yang telah diasuh dengan susah payah, tetapi setelah
menikah dengan wanita nasrani Romawi, dia melupakan ibunya.
Adapun contoh orang-orang yang
berbuat baik kepada orang tua antara lain; cerita tiga orang yang terjebak
dalam gua, di antara mereka ada yang mengata-kan: "Tidak ada cara yang
mampu menyelamatkan kalian kecuali bertawassul dengan amal shalih kalian.
Seorang di antara mereka berdo'a: "Ya Allah saya mempunyai dua orang tua
yang lanjut usia dan saya sekeluarga tidak makan dan minum di malam hari
sebelum mereka berdua, pada suatu saat saya pernah pergi jauh untuk suatu
keperluan sehingga saya pulang terlambat dan sesampainya di rumah saya
mendapatkan mereka berdua dalam keadaan tidur. Lalu saya memerah susu untuk
malam itu, tetapi mereka berdua masih tetap tidur pulas, sementara saya tidak
suka jika makan dan minum sebelum mereka. Akhirnya saya menunggu sambil
memegang susu hingga mereka berdua ter-bangun, sampai fajar terbit mereka
berdua baru bangun lalu meminum susu. Ya Allah jika perbuatan yang telah aku
kerjakan tersebut termasuk perbuatan ikhlas karena mencari wajahMu, maka
hilangkanlah kesulitan kami dari batu besar ini, lalu batu itu pun bergeser
dari mulut gua.
Masih banyak contoh-contoh lain
tentang orang-orang yang berbakti kepada orang tua baik di masa lampau maupun
sekarang yang tidak mungkin kita ceritakan seluruhnya, kebaikan tersebut mereka
per-sembahkan kepada orang tua sebagai balasan atas jasa-jasa, perhatian dan
pemeliharaan mereka dan sebagai bukti pengakuan tulus dan akhlak mulia. Ini
semua mengharuskan kepada setiap anak untuk mengingat kebaikan yang selalu
mengalir tak ada hentinya hingga akhir hayat.
Sebagian orang-orang shalih
sebelum berangkat kerja ada yang menyempatkan diri singgah ke rumah orang
tuanya sambil mencium tangannya untuk memin-ta restu dan menanyakan keadaan
serta kesehatan mereka. Lalu berangkat ke tempat kerja. Sikap mulia dan terpuji
ini, sangat baik jika dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat.
Imam Muslim meriwayatkan hadits
dari Abu Hu-rairah bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Celakalah, celakalah". Beliau ditanya:
"Siapa wahai Rasulullah? Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Seseorang yang mendapati orang tuanya, dan salah satu atau keduanya
berusia lanjut, kemudian tidak masuk Surga".
Dari Abdullah bin Umar berkata
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga
orang tidak masuk Surga dan tidak dilihat Allah pada hari Kiamat; Orang yang
durhaka kepa-da orang tua, wanita yang menyerupai laki-laki dan dayyuts. (HR.
Ahmad)
Durhaka kepada orang tua adalah
perbuatan zhalim besar dan sikap tidak tahu diri.
Rasulullah yang mengajari umat
manusia etika dan tata krama mengetahui kedudukan dan fungsi seorang ibu dan
bapak kemudian memberikan petunjuk kepada setiap orang mukmin agar menjadi umat
yang bertanggung jawab.
Di antara bentuk birrul
walidain setelah orang tuanya meninggal adalah dengan menyambung hubung-an
kerabat dengan teman dan sahabat orang tuanya.
Dari Abdullah bin Umar berkata
sesungguhnya saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya perbuatan yang terbaik adalah me-nyambung hubungan kerabat
dengan sahabat orang tuanya". (Shahihul Jami', Al-Albani)
Bukti cinta dan berbakti kepada
orang tua adalah menghormati dan menjaga hubungan persahabatan orang tua dengan
teman-temannya. Pada saat seseorang mempererat hubungan persahabatan dengan
teman bapaknya, merupakan bukti dalam berbakti kepada orang tua dan pertanda
hasil baik pendidikan orang tua kepada anak.
Imam Muslim dalam kitab shahihnya
menyebutkan tentang bab keutamaan menyambung hubungan persa-habatan dengan
teman-teman bapak atau ibu. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya perbuatan yang terbaik adalah menyambung hubungan persahabatan dengan saha-bat orang tuanya".
"Sesungguhnya perbuatan yang terbaik adalah menyambung hubungan persahabatan dengan saha-bat orang tuanya".
Dan juga hadits tentang
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam meng-hormati teman-teman
Khadijah setelah wafatnya.
Para ulama mengatakan bahwa al-birr
bermakna menyambung silaturrahim, menyayangi dan berbuat kebaikan serta menjaga
persahabatan. Seluruhnya termasuk bagian inti kebaikan. (Kholid Ar Rasyid)
Saur
Yuuuuuk,
Doa hari – 2
Yaa Allah! Dekatkanlah aku kepada
keridloan-MU dan jauhkanlah aku dan kemurkaan serta balasan-MU.
Berilah aku kemampuan untuk membaca ayat-ayat-MU dengan rahmat-MU,
Wahai Maha Pengasih dari semua Pengasih!!
Salam,
NV
No comments:
Post a Comment