Jangan-Jangan Ini Hanya Soal Niat
Luasan daerah tangkapan hujan di Pangrango berwarna
hijau hampir sama dengan luasan di Jakarta warna merah sekitar 50 km persegi.
Bila intensitas curah hujan 20 mm/jam dan hujan selama 3 jam, maka air
yang dialirkan ke Jakarta bila tidak diserap (jadi run off semua) akan
terhimpun sebanyak 50.000.000 X 0,02 X 3 = 3 juta m3.
Bila dialirkan ke Jakarta debit air Qjam =
3.000.000/ 24 = 125.000 m3/jam atau Qdetik = 34 m3 /detik.
Sungai-sungai dan saluran-saluran air harus mampu
membuang kelaut dengan debit 34 m3/detik agar tak meluap keluar jalur
alirannya.
Sementara itu Aliran DAS Ciliwung sbb:
Jika menghendaki Bendungan Katulampa aman maka
Segmen-1 di segitiga Ciawi - Cisarua - puncak gunung Pangrango harus dihutankan
kembali.
Aliran air yang lewat Bendung Katulampa berasal
dari kawasan Puncak, Telaga Warna, Gunung Mas, Taman Safari, Cilember, Ciesek,
Cisarua, Cimegamendung. Seluruhnya ada 13 anak sungai.
Dibangun tahun 1887, panjang bendung ini 104 meter,
terdiri dari lima pintu irigasi, empat pintu penguras. Ada 10 pintu yang
terdiri dari pintu depan berjumlah lima, pintu belakang berjumlah lima, dan
penguras berjumlah empat jadi seluruhnya terdapat empat belas pintu.
Menurut
http://herlindh.blogspot.com/2012/10/bendung-katulampa-bogor-jawa-barat.html
Bendung Katulampa ini maksimal dapat dilewati
aliran air sebanyak 630.000 liter per detik (630 m3/sec) = 2268000 m3/jam
Bila dibagian hulu daerah tangkapan hujan seluas A
= 50 km2, maka bila terjadi hujan air yang terkumpul akan sejumlah Qjam = A n I, dimana n = jumlah jam
dan I = intensitas.
Q jam = Q desain = 2268000 m3/jam
Bila desain mengambil waktu lamanya hujan 1 jam,
maka intensitas desain I = 2.268.000/A.1
= 2.268.000/50.000.000 x 3= 0,030 m/jam atau 30 mm/jam.
Jadi bila intensitas hujan melebihi 30 mm/jam,
berarti melebihi kapasitas mengalirkan air dan DAS di hulu Katulampa akan
mengalami banjir.
Salah satu yang menyebabkan banjir di Jakarta
adalah air yang keluar dari Katulampa tidak dapat dengan cepat dialirkan
kelaut, walaupun masih jauh dibawah 630 m3/detik.
Tentu saja, lebih banyak lagi ahli yang dapat
menampilkan rumus-rumus yang lebik kompleks.
Lantas bagaimana? Mulai bingung?
Sementara itu di wilayah Jakarta dsk, sebenarnya telah
dibuat berbagai waduk dan kanal-kanal besar untuk mengalirkan air ke laut
secara aman.
Berita di Televisi baru saja menyampaikan
diperlukan sekitar 17 Trilyun untuk menyelamatkan Jakarta dari banjir dari
upaya yang paling kecil berupa; pengerukan sungai, normalisasi sungai dan
waduk, pembuatan waduk, sudetan Ciliwung ke Banjir Kanal Timur, bahkan sampai
membangun Dam Raksasa di bibir pantai Laut Jawa yang diharapkan dapat
mengamankan ibu kota dari serangan banjir.
Lantas kenapa?
No 1, sudah tahu (sebagai contoh) Bendung Katulampa
dibangun th 1887 (dan tentunya bendung2 lain sudah pasti ada datanya).
No 2 sudah tahu area serapan air berupa waduk dan
tanah terbuka semakin berkurang.
No 3 sudah tahu ada Master Plan yang berulang kali
direvisi dan dikaji
No 4 sudah tahu dimana saja area genangan banjir
dari tahun ke tahun.
No 5 Sudah tahu kalau rakyatnya bergaya hidup super
jorok menempati area aliran sungai dan waduk bahkan membuang sampah ke sungai
semaunya.
No 6 sudah tahu diperlukan koordinasi mencakup area
Pemda mana saja dan perlu anggaran 17 Trilyun (sudah tahu juga besar APBN
Indonesia)
No 7 sudah tahu juga kalau kita semua tak memiliki
Disaster Management yang baik (tahu2 ada orang terendam air sampai mati)
Kesimpulannya, sudah tahu yang kita semua tak punya
adalah "niat".......
Niat untuk memelihara yang baik dan niat untuk
memutuskan yang benar serta niat berbuat sesuatu demi kebaikan umat.
Jakarta, 22 Januari 2013
Wallahu a'lam,NV
Catatan: Mas Dodo, terima kasih atas rumus hitungan
yang rumit tapi gamblang mudah dicerna
No comments:
Post a Comment