Perjalanan
ke Abuja Nigeria
Pagi-pagi
buta, kami berangkat dari penginapan untuk menuju bandara Roberts Monrovia yang
belum juga dibuka untuk jam operasi normal. Meskipun jalanan masih lengang
namun beberapa kali mobil kami melambatkan lajunya karena kabut yang menghalangi
pandangan.
Pagi ini,
kami meninggalkan bandara internasional Roberts Monrovia menuju ke bandara
internasional Nnamdi Azikiwe di Abuja Nigeria yang terletak pada sisi Timur
dari Liberia dengan waktu tempuh penerbangan selama 3 jam 15 menit.
Keberangkatan
kami ke Nigeria diiringi lambaian hangat dari Presiden, Pejabat Pemerintahan
dan rakyat Liberia yang penuh kesahajaan.
Cuaca
cerah selama penerbangan tapi pesawat terus bergunjang karena perubahan arah
dan kecepatan angin pada ketinggian 37 ribu kaki.
Semakin
mendekati daratan Nigeria segera semakin jelas wilayah Abuja berbukit-bukit
batu yang tinggi dan terjal. Sekilas pemandangan agak hijau dengan jaringan
jalan yang cukup luas dan panjang yang menandakan tingkat perekonomian Nigeria
lebih baik dari tetangganya, Liberia.
Kami
mendarat dengan sangat mulus di landasan 22 bandara Nnamdi Azikiwe di Abuja
yang tampak lebih megah dan tertata rapi dibandingkan bandara Roberts di
Monrovia.
Negara
Nigeria terletak di sebelah Barat benua Afrika yang berbatasan dengan Benin di
sebelah Barat, Chad dan Kamerun di sisi Timur dan Niger di Utaranya serta
kawasan teluk Guinea dan Samudra Atlantik di sebelah Selatan.
Nigeria
bekas jajahan Inggris yang memiliki luas 923.768 km2 berpenduduk 170 juta jiwa
(perkiraan 2012) dengan PDB Per Kapita USD 2.582 (th 2011). Tingkat pertumbuhan
ekonomi mencapai 7,2% (2011) dengan nilai GDP sebesar USD 273 Milyar yang
merupakan salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Afrika. Nigeria menjadi salah
satu negara yang "berhasil" menghapuskan subsidi bahan bakar minyak
sejak Januari 2012. Nilai subsidi BBM tahun 2010 mencapai USD 9,36 Milyar dan
USD 10,7 Milyar tahun 2011.
Serupa
dengan Liberia, negara Nigeria juga mengalami konflik bersenjata cukup lama.
Pada tahun 1970 hasil minyak yang diperoleh dari Niger Delta menghasilkan
kekayaan luar biasa bagi Nigeria. Namun demikian, ekonomi masyarakat Nigeria
tidak mengalami peningkatan yang menyolok karena maraknya perebutan kekuasaan
di kalangan petinggi pemerintahan dan hingga tahun 2007 menghadapi masalah
korupsi serta Pemilu yang silih berganti namun dianggap gagal karena
pelaksanaan yang dianggap tidak bersih.
Nigeria
berbentuk republik federal yang mengikuti bentuk pemerintahan Amerika, negara
ini terdaftar sebagai the Next Eleven ekonomi dunia. Nigeria adalah salah satu
negara pengekspor minyak terbesar ke-7 dan ke-10 untuk gas alam di dunia.
Ketergantungan ekonomi Nigeria pada sektor minyak dan gas sangat tinggi.
Dalam
hubungannya dengan Indonesia, sangat banyak kesamaan prinsip-prinsip yang
dianut, misalnya saja politik luar negeri yang moderat, negara berkembang,
anggota GNB, OKI, Kelompok 77, D-8, G-15, OPEC, PBB, Anti apartheid, dan
sama-sama mewujudkan Tata Informasi Dunia Baru.
Topik
bahasan yang tentunya juga penting antara kedua negara yaitu mengenai
keterlibatan WN Nigeria pada kasus peredaran Narkoba di Indonesia.
Mata uang
Nigeria adalah Naira (NGN) dimana 1 USD setara NGN 155.
Sementara
itu, ibu kota Nigeria adalah Abuja yang terletak di Teritori Ibu Kota Federal
sebagai buah keputusan pemindahan ibu kota dari Lagos pada tahun 1976. Kini
Abuja secara resmi menjadi ibu kota sejak 1991 dimana banyak negara turut
memindahkan kantor Kedubes ke Abuja namun tetap mempertahan kantor Konsulat
mereka di Lagos.
Kami
meninggalkan bandara menuju Abuja dan segera tampak jalanan yang sangat lebar
yang sedang dalam proses pembangunan di kedua sisinya. Kondisi pembangunan tsb
sangat kontras dengan bentuk Pos Polisi di perempatan jalan yang sangat
seadanya tak terawat. Di beberapa tempat keramaian masih tampak para
"timer" (preman yang biasa mengatur angkot di Indonesia) tak ubahnya
kota-kota yang sedang berkembang. Debu tanah merah juga masih berterbangan di
jalanan. Tampak pula beberapa gedung sedang dalam proyek pembangunan, tanda
ekonomi kota Abuja sedang menggeliat. Suasananya mirip kota di Batam manakala
awal pembangunannya sebagai daerah otorita Batam.
Entah
mengapa ada rasa "was-was" berdekatan dengan rakyat setempat yang
berkulit hitam ini. Kami mendapat peringatan untuk tidak meninggalkan hotel
tempat kami menginap.
Orang
dapat melakukan penukaran mata uang secara perorangan di jalanan yang tentunya
bukan Money Changer resmi seperti yang biasa kita lihat di kota-kota besar. Hal
semacam ini malah menambah kesan ketidak-tertiban bahkan cenderung berbau rawan
kriminalitas. Kami harus terus-menerus saling mengingatkan untuk mengawasi
barang bawaan masing-masing agar tidak hilang atau disusupi sesuatu. Bagaimanapun
juga banyaknya kisah tertangkapnya WN Nigeria dalam kasus peredaran narkoba
khususnya di Indonesia sangat mencemaskan.
Barangkali
juga ini merupakan implikasi dari kesenjangan sosial untuk negara yang
ekonominya sedang giat berkembang dan didera konflik kekuasaan yang
berkepanjangan. Konon tingkat pengangguran 21% dan jumlah penduduk dibawah
garis kemiskinan 70% (data 2011).
Logat
bahasa Inggris penduduk, baik di Monrovia maupun Abuja agak sulit dimengerti.
Mereka seperti memenggal kata-kata bahasa Inggris sesuai dialek mereka sendiri
sehingga seringkali aku minta pengulangan untuk memahami maksud perkataan
mereka.
Meskipun
aku tak memahami bahasa lokal mereka namun dari gerak tubuh dan raut wajah
seperti menunjukkan ungkapan saling menyalahkan bahkan seperti orang sedang
saling ngotot berdebat tentang sesuatu hal. Banyak hal serasa rumit karena
mudah sekali menimbulkan "salah pengertian". Kalaupun ada
keramah-tamahan seperti terasa artificial belaka. Intinya, aku masih merasa
kesulitan untuk memahami adat istiadat setempat.
"Keluhan"
yang serupa dialami oleh rombongan delegasi yang lain. Sulit diterima akal
sehat jika tarip kamar hotel tempat kami menginap yang kelas 3 dihargai USD 280
untuk kamar single standar dan USD 340 untuk kamar Deluxe Executive. Sementara
itu, hotel Hilton di Abuja mematok tarip USD 500 untuk kamar standar dan USD
700 untuk kamar Executive. Jauh lebih mahal dari pada tarip hotel di London dan
itu semua harus dibayar cashed up on check-in!
Kami hanya
menghabiskan waktu berada di hotel sambil makan malam dihibur oleh home band
yang kebetulan sangat piwai menyanyikan lagu-lagu Jamaican Reggae.
Hanya 16
jam di Abuja, pagi pukul 6, kami sudah bersiap untuk meninggalkan Abuja dengan
sederet tanda tanya yang menggantung.........
Abuja
Nigeria, 3 Februari 2013,
Salam
hangat,NV
No comments:
Post a Comment