Perjalanan
ke Monrovia Liberia DAY 1
Suasana mendung menyelimuti kota Jakarta dan sekitarnya.
Penerbangan
ke Dubai memerlukan waktu 8 jam 40 menit mengarah ke Barat Laut, menyusuri
Selatan pulau Sumatera melewati sebagian besar wilayah India dan langsung
menuju Dubai.
Ada
2 kali sajian makan selama penerbangan ini, makan malam dan supper berupa hot
snack. Namun sebagian besar penumpang nampak tertidur lelap setelah sajian
makan malam selesai dihidangkan.
Cuaca cukup cerah malam ini, bintang bertaburan berkerlap-kerlip di angkasa
malam namun adanya "jet stream" di wilayah India menimbulkan
guncangan cukup keras selama 20 menit yang memaksa penerbang untuk menurunkan
ketinggian jelajah dan memperlambat laju pesawat untuk mengurangi guncangan
yang terjadi mana kala penumpang sedang asyik tertidur.
Pesawat
mendarat hampir tengah malam waktu Dubai untuk mengisi bahan bakar dan
melakukan pertukaran awak pesawat untuk meneruskan penerbangan selanjutnya.
Kesibukan
bandara Dubai pada tengah malam justru mencapai puncaknya, pesawat berputar
kesana kemari menunggu giliran untuk mendarat karena kepadatan lalu-lintas
udara di sekitar Dubai.
Kota
Dubai dan bandara Dubai terang-benderang tak ubahnya kesibukan siang hari.
Pesawat dan berbagai kendaraan berseliweran campur baur di bandara Dubai,
semuanya menciptakan keasyikan untuk diamati karena mereka dilengkapi
lampu-lampu berputar (rotating beacon light) berwarna jingga dan merah
berkedip-kedip di pelataran parkir bandara Dubai. Mirip serombongan
Kunang-Kunang besar yang bermain pada malam hari.
Sekitar
pukul 1 dini hari, pesawat meninggalkan Dubai menuju ke Monrovia ibu kota
Liberia yang terletak di pesisir Barat benua Afrika. Penerbangan Dubai ke
Monrovia memerlukan waktu 10 jam 40 menit! Ternyata luas juga benua Afrika dan
jarang yang menyadari kalau pesisir Barat Afrika letaknya sejajar dengan
wilayah Inggris dan Irlandia yang menjadikan jam setempat menunjukkan GMT +0.
Penerbangan
ke arah Timur sejak dari Halim PK menjadikan malam terasa sangat panjang. Hanya
sekitar 1 jam terang matahari sejak meninggalkan Halim PK dan 2,5 jam kemudian
menjelang mendarat di Monrovia, selebihnya adalah malam yang panjang padahal
sudah lebih dari 22 jam perjalanan!
Kami
mendarat di Monrovia pagi hari pukul 8 (atau pk 15 WIB) dengan cuaca mendung
tipis.
Ketika
pesawat berputar di atas laut mendekati bandara Roberts, hatiku berdebar karena
ini merupakan pengalaman perjalanan pertama kali melewati Samudra Atlantik dari
sisi Barat. Belasan tahun lalu, aku pernah berdiri di sebuah tebing laut di
pinggiran wilayah kota Dublin Irlandia memandangi Samudra Atlantik yang megah
namun baru kali benar-benar terbang di atasnya meski hanya sebentar.
Khayalanku
ingin melihat sebuah negara (atau kota) mungil yang indah dan resik di Afrika
mendadak sirna setelah sesaat memperhatikan suasana bandara International
Roberts, Monrovia.
Negara
Liberia merupakan negara kecil yang terletak di wilayah Afrika Barat yang
berbatasan dengan Sierra Leone pada sisi Barat, Guinea di Utaranya dan Pantai
Gading di sebelah Timur serta Samudra Antlantik pada sisi Selatannya.
Sejarah
terbentuknya negara Liberia diawali tahun 1822 dimana the American Colonization
Society memprakarsai pengembalian orang hitam Amerika (African-American) ke
benua Afrika dan menetapkan Liberia sebagai lokasi penempatan mereka. Pada
tahun-tahun selanjutnya, banyak pula orang hitam Amerika yang suka-rela
berimigrasi ke Liberia yang kemudian mereka disebut Americo-Liberia yang
merupakan leluhur bagi sebagian besar rakyat Liberia saat ini.
26
Juli 1847 warga Americo-Liberia menyatakan kemerdekaan Republik Liberia dengan
nama ibu kota Monrovia yang diambil dari nama James Monroe, presiden Amerika
kelima yang sangat mendukung gerakan kolonialisasi. Tahun 1980 terjadi sebuah
kudeta militer dipimpin oleh Master Sergeant Samuel Kanyon Doe mengakhiri
kekuasaan Americo-LIberia dan peristiwa itu memicu terjadinya ketidak-stabilan
ekonomi, politik dan perang saudara yang menghancurkan Liberia. Perjanjian
Perdamaian ditanda-tangani tahun 2003 membuahkan Pemilu pada tahun 2005 dimana
terpilih Presiden Ellen Johnson Sirleaf (wanita Americo-Liberia) selama 2x
periode Pemilu tahun 2005 dan 2011 hingga kini.
Republik
Liberia dengan luas wilayah 111.369 km2 beriklim tropis dengan jumlah penduduk
3,7 jiwa yang berbahasa utama Inggris dengan PDB Per Kapita hanya USD 500an.
Kami
meninggalkan bandara Roberts segera terlihat "kesahajaan" negeri ini.
Tentara bersenjata berseragam United Nation berjaga sepanjang jalan. Pasukan
Polisi yang berpatroli juga berseragam United Nation Police. Jalanan beraspal
mulus namun cukup sempit untuk dipergunakan berpapasan. Suasana pedesaan sangat
terasa meskipun semua tanda-tanda dan papan nama menggunakan bahasa Inggris.
Jalanan cukup lengang, sesekali terlihat penduduk setempat terlihat berjalan
kaki menyusuri sisi jalan. Beberapa penduduk terlihat mengambil air dari
pompa-pompa air di tempat tertentu. Suasananya mirip di pedesaan Sumatera.
Kami
menginap di sebuah hotel sekitar 1 jam perjalanan antara bandara dan pusat kota
Monrovia. Sebuah hotel yang sederhana bahkan sangat sederhana lebih buruk dari
pada hotel-hotel lokal di kota-kota Papua Barat.
Sulit
untuk mengembalikan harapan untuk melihat kota kecil yang indah di Afrika.
Aku
sedang berada di sebuah tempat "antah-berantah" dan mencoba tidur
siang sambil menyesuaikan body clock dengan waktu setempat, jam menunjukkan pk
12 siang atau pk 19 WIB.
Monrovia,
31 Januari 2013
Salam
hangat,NV
No comments:
Post a Comment