Friday, February 8, 2013

Perjalanan ke Cairo Mesir



Perjalanan ke Cairo Mesir
Sekitar pukul 19 malam waktu Saudi Arabia, kami meninggalkan bandara Medinah.

Pesawat tinggal landas melalui landasan 18 mengudara ke Selatan dan setelah memperoleh ketinggian yang cukup untuk menghindari tingginya gunung-gunung batu di sekitar bandara. Kemudian pesawat berbelok ke arah kanan untuk menuju ke Cairo Mesir. Sambil berbelok ke arah Barat Laut kami mengitari kota Medinah yang cerah terang benderang dengan titik pusat Masjid Nabawi yang tampak sangat indah dan megah dari angkasa pada malam hari ini.

Pesawat terus naik sampai ketinggian jelajah 40 ribu kaki sambil menerima tekanan angin dari arah depan (angin Sakal) yang mencapai 180 s/d 200 km per jam. Penerbangan ke Cairo akan memakan waktu sekitar 1 jam 43 menit.

Mesir terletak di Afrika sebelah Utara di tepi Laut Tengah (Mediterania) yang menghubungkan benua Afrika dengan Asia yakni semenanjung Sinai yang menghubungkan Mesir dengan Asia Barat. Mesir berbatasan dengan Laut Merah, Yordania, Jalur Gaza dan Israel di sebelah Timur, Sudan dibagian Selatan dan Libya di sebelah Barat.

Mesir merupakan salah satu negara berpenduduk terpadat di Afrika dan Timur Tengah. Beberapa suku bangsa menjadi mayoritas, misalnya; bangsa Berber, Nubian, Bedouin, Beja, Yunani, Armenia dan Eropa lainnya. Sebagian besar penduduk terpusat di sepanjang Sungai Nil yang subur, daerah perkotaan Cairo dan Alexandria.

Luas wilayahnya sekitar 1.002.450 km2 dengan populasi 84 juta (data 2012) dimana lebih dari 45 juta penduduk bertempat tinggal di Cairo dan Giza sehingga Cairo juga disebut the Great Cairo. Mayoritas penduduk beragama Islam (90%) sisanya Koptik (Kristen Ortodoks) dan Kristen. Selain berbahasa Arab, mayoritas penduduk berbahasa asing Inggris dan Perancis.

Cairo sebagai ibu kota Mesir merupakan sebuah kota yang cantik dan kaya akan daya tarik monumen bersejarah, misalnya saja, Piramid di Giza, Patung Sphinx. Kota Luxor dengan kuil Karnak, lembah raja-raja dan Aswan. Lalu kota Alexandria yang indah di laut Tengah.

Namun keindahan Mesir pada tahun-tahun belakangan ini selalu diwarnai gejolak politik dan kerusuhan sosial dalam negeri.

Sebenarnya situasi dalam negeri Mesir dapat dibagi menjadi 2 periode, yakni sebelum dan sesudah Revolusi 25 Januari 2011. Revolusi rakyat Mesir 25 Januari yang mengakhiri kekuasaan Presiden Mubarak selama lebih dari 30 tahun (1981 sd 2011) menjadi sebuah awal proses transformasi tatanan politik Mesir.

Sebelumnya, sekitar 2003 sebuah gerakan Kefaya atau Gerakan Mesir untuk Perubahan, diluncurkan untuk menentang rezim Mubarak dan untuk menegakkan demokrasi serta kebebasan rakyat.

Sebenarnya Presiden Mubarak sudah pernah memberikan rakyat untuk memilih lebih dari satu calon Presiden namun berbagai persyaratan dan tuduhan kecurangan justru menyulut ketidak-puasan sehingga terjadi Revolusi 25 Jan 2011.

Pada tanggal 11 Februari 2011 merupakan hari bersejarah ketika secara resmi Mubarak mengundurkan diri dan meninggalkan Cairo sehingga secara de facto kekuasaan pemerintahan sementara dipegang oleh Supreme Council of the Armed Forces yang dipimpin oleh Mohamed Hussein Tantawi.

Kemudian menyusul Parlemen baru dipilih dan 8 Juli 2012, Mohamed Morsi diangkat sebagai Presiden baru Mesir. Namun kehidupan politik dan sosial masih terus bergolak dari para demontran dan pihak oposisi pemerintah yang baru.

Berhentinya kegiatan perekonomian selama Revolusi 25 Jan 2011 dan pemberlakuan jam malam menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat parah dan menjauhnya para investor dari Mesir.

Sehubungan itu ada 3 langkah strategis yang dilakukan pemerintah;

1. Menjamin ketersediaan bahan kebutuhan pokok bagi rakyat Mesir

2. Memberikan subsidi sektor produksi dan kemudahan cukai serta pajak bagi para produsen.

3. Menempuh berbagai upaya untuk mengembalikan kepercayaan dunia terhadap ekonomi Mesir.

Bagaimanapun juga, faktor jumlah penduduk, sejarah, kekuatan militer, posisi geografis yang strategis menjadi Mesir sebagai "key player" di kawasan Timur Tengah.

Sudah sejak awal, negara Mesir sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, bersahabat sangat baik dengan Indonesia hingga kini.

Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser merupakan salah satu pelopor Gerakan Non-Blok (GNB), Mesir juga sangat aktif mempertemukan Asia dengan hubungan multi-lateral G-15, D-8 dan Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Cairo menjadi tuan rumah sidang OKI pada tahun ini, namun konon beberapa negara telah menyampaikan penyesalannya absen dengan berbagai alasan pada sidang tsb.

Bandara Internasional Heca di Cairo merupakan bandara yang besar dan sibuk yang dilengkapi 3 landasan paralel, landasan 23/05 Left, Center dan Right.

Pesawat mendarat sangat mulus di landasan 23R yang panjangnya 3.300 meter pada pukul 20:24 waktu setempat (GMT+2). Suhu rata-rata di Cairo 12 sd 20 derajat Celsius, lumayan sejuk yang mengikuti suhu Eropa dengan kelembaban udara yang sangat kering.

Kami menginap hanya semalam di sebuah hotel mewah di kawasan mewah Heliopolis.

Meskipun kurang tidur, pagi-pagi benar kami keluar hotel menyempatkan waktu yang ada untuk melihat-lihat kota Cairo dan sekitarnya.

Rumah-rumah di Cairo mayoritas berwarna coklat kusam berdebu namun interior di dalamnya biasanya didisain sangat mewah. Begitulah, sepertinya orang Cairo mempunyai motto "Inner Beauty" cantik di dalam lebih penting dari penampilan luar.

Ada sebuah kawasan di dalam kota Cairo disebut The City of the Death dengan luas area yang memanjang sekitar 15 km peninggalan Sayidina Husein (Cucu nabi Muhamad SAW?) yang dipergunakan sebagai lokasi "pelarian" ke Mesir. Wilayah ini kemudian secara turun-temurun dijadikan tempat tinggal sekaligus kuburan keluarga. Dengan berjalannya waktu, kini wilayah ini menjadi kuburan-kuburan tua yang sebagian masih berbentuk rumah dan dijadikan kuburan keluarga sehingga disebut the City of the Death. Ketika belakangan harga tanah di Cairo semakin mahal maka sebagian dari rumah-rumah kuburan dialih fungsikan menjadi warung, kafe dan rumah penginapan meskipun kawasan ini lebih menyerupai daerah bekas perang pengeboman yang berpenampilan reruntuhan rumah-rumah.

Sepanjang jalan ke the City of the Death ada dinding berlubang serupa benteng yang disebut Dinding Citadel. Dinding tsb selain sebagai benteng wilayah Citadel pada jaman dahulu, juga dahulu di bagian atas dinding dijadikan saluran irigasi dimana air dari sungai Nil dipompa ke atas untuk dialirkan ke area Citadel. Dinding Citadel masih kokoh berdiri hingga kini namun saluran irigasinya sudah tak berfungsi karena pompa-pompa air peninggalan kuno tsb tidak dipelihara secara baik.

Sungai Nil memang menjadi urat nadi kehidupan bangsa Mesir. Sungai besar ini memiliki cabang-cabang kecil yang berada di tengah kota Cairo. Pasang-surut sungai Nil membentuk daratan-daratan di tengahnya. Pulau-pulau kecil tsb oleh pemerintah dijadikan tempat pertanian rakyat untuk bercocok tanam sayur mayur, gandum, padi dan buah-buahan sampai tanaman keras untuk kebutuhan bahan pangan setempat.

Kami menyusuri jalanan kota tua Cairo yang sepeninggal Raja Firaun diduduki oleh Yunani sehingga sebagian besar penamaan tempat Mesir mempergunakan bahasa Yunani.

Setelah jembatan panjang menyeberangi sungai Nil maka kami memasuki wilayah Giza. Giza merupakan daerah yang dihuni oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Agak berbeda dengan perumahan di Heliopolis, rumah-rumah di Giza kebanyakan dibuat bertingkat dengan dinding bata telanjang tanpa cat. Mereka membangun rumah bertingkat dan siap dinaikkan ke atas (bertingkat 3, 4, 5 sesuai kebutuhan) menyesuaikan jumlah anak (anggota keluarga) karena harga tanah yang mahal di daerah Cairo. Orang menyebutnya sebagai the Progress Houses karena pembangunannya dicicil secara bertahap.

Kami memasuki wilayah kuno Giza dimana terletak the Great Pyramid.

Piramid Giza terdiri dari 3 piramid. Piramid terbesar adalah Piramid Kufu yang dibangun selama 20 tahun oleh raja Kufu sekitar 4.500 tahun silam dengan ketinggian piramid 148,8 m. Piramid ini dibangun dengan susunan batu-batu granit berkualitas yang didatangkan dari daerah Luxor Aswan kurang lebih sejumlah 5,9 juta potongan batu yang masing-masing mencapai berat 1 sd 3 ton. Terlalu rumit untuk membayangkan proses pemotongan dan pengiriman batu-batu tsb dari Luxor Aswan sampai ke daerah Giza pada jaman itu. Jika dikalkulasi secara rata-rata para tukang potong batu jaman itu memproduksi lebih kurang 800 batu per hari.

Sebelahnya ada Piramid Kufru, anak dari raja Kufu dan sebelahnya lagi ada piramid yang agak kecil dibangun oleh cucu raja Kufu.

Sambil turun dari perbukitan piramid, kami mampir ke sebuah area dimana berdiri sebuah Spinx yang dahulunya tertimbun tanah.

Gambaran umum wilayah wisata kota tua di Giza maupun di Cairo kurang terawat dengan baik. Masyarakat setempat sepertinya tak peduli kebersihan lingkungan dan potensi kekayaan situs-situs peninggalan para leluhur. Mereka cenderung memanfaatkan situs-situs tsb untuk tujuan keuntungan ekonomi sesaat demi memperoleh tambahan uang tanpa mengindahkan situs-situs itu sendiri sehingga kebanyakan situs di Mesir "dirawat" oleh UNESCO.

Debu, kotoran dan kencing Onta dibiarkan begitu saja menimbulkan bau kurang sedap dan tentu dapat menimbulkan penyakit. Bahkan ada ketentuan tak tertulis yang berlaku di sini bahwa "Setiap Dinding adalah Toilet" menjadikan banyak orang kencing di sembarang tempat.

Tour Guide kami memberikan peringatan agar tidak mudah "diperas" oleh orang Mesir terutama di area wisata atau di jalanan. Mereka sering pura-pura menawarkan sesuatu atau bantuan yang akhirnya hanya untuk minta uang.

Bahkan ada sebuah anekdot, seorang joki Onta menawarkan dirinya dengan pakaian adat setempat untuk dipotret secara gratis. Belakangan, setelah dipotret,  ia meminta uang jasa yang awalnya gratis tsb, katanya "potret dengan saya memang gratis tapi Onta saya perlu makan juga"

Begitulah, segala cara ditempuh untuk bertahan hidup bagi sebagian besar rakyat Mesir.

Jadi jika bertemu penduduk setempat yang pura-pura membantu sebaiknya sampaikan saja "Lak, Syukron .... No, thank you".

Sayangnya, tak banyak waktu tersisa untuk menjelajahi kota Cairo ......

Cairo Mesir, 6 Februari 2013
Salam hangat,
NV

1 comment:

  1. wah, keren mas, penggambarannya.. Ijin mengutip dengan menyebut nara sumbernya ya mas ^_^

    ReplyDelete