Sunday, December 2, 2012

Seri 1 Perjalanan dari Jakarta ke Narita Tokyo 24 Agustus 2012



Seri 1 Perjalanan dari Jakarta ke Narita Tokyo 24 Agustus 2012
(Tulisan ini sudah pernah dipublikasikan ke beberapa millis pada tanggal 24 Agustus 2012)

Menjelang tengah malam, sebuah pesawat Airbus A330-200 GA884 sudah bersiap menerima kedatangan para penumpang tujuan bandara Narita Tokyo.

Semakin hari serasa semakin sulit untuk meluangkan waktu menikmati liburan bersama keluarga. Tekanan pekerjaan dan tanggung jawab kepada para pelanggan setia Garuda Indonesia selalu saja menghalangi niat kami untuk mengambil cuti, apalagi saat liburan Lebaran seperti saat ini. Berhari-hari, siang malam memantau operasi penerbangan arus mudik dan arus balik dari berbagai bandara khususnya dari dan ke Jakarta maupun beberapa kota besar tujuan konsentrasi liburan Lebaran.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya jadi juga kami bisa menikmati liburan bersama keluarga menjelang H+5 Lebaran setelah secara menyakinkan operasi penerbangan khususnya arus balik berjalan dengan aman dan terkendali.

Berbagai persiapan sebenarnya telah kami lakukan jauh-jauh hari sebelum keberangkatan, baik dari pemesanan tiket pesawat, visa untuk Jepang, hotel tempat menginap serta menyusun jadual perjalanan sendiri untuk tempat-tempat yang akan kami kunjungi di sekitar Tokyo dan kota Osaka.

Sebuah pesawat GA Airbus A330-200 yang dimotori dengan 2 mesin Rolls Royce Trent 772C yang mampu mendorong pesawat berkecepatan 913 km per jam dengan daya jelajah 13.400 kilometer serta berkonfigurasi 36 kursi super lebar kelas Bisnis dan 186 kursi yang juga nyaman kelas Ekonomi telah siap di parkir ruang tunggu E51 bandara Soekarno-Hatta pada malam yang cukup cerah.

Sebenarnya jalur penerbangan kami ke Tokyo terhalang adanya badai tropis Tembin yang sedang berada di wilayah Cina Taipeh, namun saya percaya Captain pesawat GA884 sudah pasti sangat berpengalaman dan terlatih menghadapi adanya badai tropis tsb dengan cara sedikit mengubah jalur penerbangannya serta mengantisipasi berbagai kemungkinan hambatan cuaca buruk selama penerbangan ini.

Selalu saja muncul kerinduan bepergian dengan pesawat terbang menikmati layanan kelas Bisnis yang prima. GA884 didorong mundur pukul 23:15 WIB, menyalakan kedua mesinnya yang berdengung halus dan mulai bergerak perlahan menuju landasan pacu 25R. Captain mengumumkan bahwa penerbangan ke Tokyo akan ditempuh selama 7 jam dan 15 menit. Pesawat GA884 melaju semakin cepat di landasan pacu dan tinggal landas menuju ketinggian jelajah 41.000 kaki dan diperkirakan akan tiba di Narita Tokyo pukul 23:35 GMT atau 08:35 waktu Tokyo (perbedaan waktu adalah 2 jam dengan Jakarta).

Pramugari dengan ramah menyajikan hidangan snack berupa pilihan potongan buah segar atau beberapa potong Sushi disertai berbagai pilihan minuman, setelah itu penumpang mulai lelap tertidur. Sayapun melepas kedua sepatu dan menggantinya dengan Sleepers mulai menguap beberapa kali, merebahkan kursi sampai rata (flat bed) dan berusaha untuk tidur.

Salah satu kebiasan bepergian jarak jauh dengan pesawat terbang adalah meminta air putih 2 botol ukuran 0,5 liter dan menutup semua tirai jendela agar tak terbangun karena silau matahari keesokan hari. Air putih dalam jumlah cukup selalu dibutuhkan agar badan tidak mengalami dehidrasi karena sirkulasi Airconditioning pesawat terbang sekaligus memaksa kita untuk bangun secara berkala berjalan ke Toilet demi meluruskan otot dan peredaran darah agar tak terserang DVT (sumbatan aliran darah karena duduk terlalu lama pada satu posisi tertentu).

Sekitar 2 jam sebelum mendarat di Narita, para awak pesawat mengumumkan layanan sarapan pagi dan mulai menyalakan lampu secara perlahan-lahan agar penumpang yang tertidur tidak mengalami silau mendadak.

Layanan sarapan bagi penumpang kelas Bisnis diawali dengan handuk panas untuk membasuh dan menyegarkan wajah lalu diedarkan minuman segar berbagai jus atau minuman panas.

Meja-meja kecil di kursi penumpang mulai dibuka dan dilapisi taplak yang sangat bersih dengan logo Garuda Indonesia berwarna emas keperakan. Saya memilih menu Omellete untuk sarapan pagi ini. Telur dadar gulung dengan ukuran yang sangat pas dan dipanaskan dengan tepat pula sangat enak di lidah, didampingi beberapa kentang mini yang digoreng utuh beserta kulitnya, irisan Wortel dan Brokoli rebus serta Sosis sapi. Berbagai jenis roti hangat juga dibagikan disela sarapan pagi, saya salah satu penggemar berat Croissant dan Garlic Bread yang keduanya sangat renyah, hangat namun tak terlalu kering.

Pada nampan sarapan juga tersedia Yoghurt produksi EMMI Swiss Premium dan madu serta Strawberry Jam produksi Heio Egypt yang tersohor. Sungguh sajian makan pagi standar kelas hotel bintang lima!

Pesawat GA884 mulai turun meninggalkan ketinggian jelajah menuju ke bandara Narita Tokyo.

Seperti sudah kegiatan rutin, baik sedang dinas terbang maupun sebagai penumpang, saya sempatkan ke toilet untuk membersihkan dan merapikan diri sebelum mendarat.

Cuaca sangat cerah di wilayah Jepang, dan bagi penumpang yang duduk di sisi kanan pesawat akan menikmati kuatnya pancaran sinar matahari terbit di pagi hari. Itu sebabnya Jepang dikenal sebagai negara Matahari Terbit yang benderanya berlambangkan bulatan merah menyala.

Ngomong-ngomong, di manakah tempat terbaik menikmati matahari terbenam? Di kota Jeddah yang berbatasan dengan Laut Merah!

Pesawat GA884 meninggalkan Laut Phillipine yang berbatasan dengan Samudra Pacific Utara sebelah Barat sedikit berbelok ke arah Barat menuju daratan melalui semenanjung Chosi. Saya menyaksikan dari jendela pesawat, betapa daratan Jepang dipenuhi hutan-hutan yang sangat rindang dan lebat bahkan mengalahkan lebatnya hutan-hutan di pulau Jawa. Sungguh pemandangan yang menarik di sebuah negeri yang konon kekurangan lahan untuk hidup dan penuh deraan bencana alam dan perbedaan cuaca yang cukup ekstrim 4 musim sepanjang tahun. Pesawat semakin rendah melewati sisi Utara bandara Narita dan kerapihan serta kehijauan daratan semakin menarik untuk diamati. Saya melamun sebentar ingatan saya kembali 11 tahun yang lalu saat saya terakhir kali mengunjungi negeri Sakura ini.

Pesawat GA884 kemudian berbelok tajam ke kiri menuju landasan 16R, pesawat semakin rendah dan mendarat dengan mulus setelah penerbangannya dari Cengkareng Jakarta. Saya sempat memperhatikan sebuah pesawat Garuda Indonesia tak lama kemudian juga mendarat di landasan 16R, tampaknya pesawat dari Denpasar Bali tujuan Narita yang juga tepat waktu.

Saat pintu pesawat mulai dibuka, hawa panas kota Narita mulai menerobos masuk. Sebagian besar wilayah Jepang memang sedang dilanda cuaca yang panas ekstrim yang sebenarnya bukan waktu yang tepat untuk berkunjung ke Jepang.

Apa boleh buat, tak semua keinginan bisa terkabul sesuai rencana tapi setidaknya kami masih bisa menikmati sisa-sisa masa liburan.

Salam dari Narita, 25 Agustus 2012
NV

 

No comments:

Post a Comment