Seri 1 Perjalanan dari Jakarta
ke Narita Tokyo 24 Agustus 2012
(Tulisan ini sudah pernah dipublikasikan ke beberapa millis pada tanggal 24 Agustus 2012)
Menjelang tengah malam, sebuah pesawat Airbus A330-200 GA884 sudah bersiap
menerima kedatangan para penumpang tujuan bandara Narita Tokyo.
Semakin hari serasa semakin sulit untuk meluangkan waktu menikmati liburan
bersama keluarga. Tekanan pekerjaan dan tanggung jawab kepada para pelanggan
setia Garuda Indonesia selalu saja menghalangi niat kami untuk mengambil cuti,
apalagi saat liburan Lebaran seperti saat ini. Berhari-hari, siang malam
memantau operasi penerbangan arus mudik dan arus balik dari berbagai bandara
khususnya dari dan ke Jakarta maupun beberapa kota besar tujuan konsentrasi
liburan Lebaran.
Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya jadi juga kami bisa menikmati
liburan bersama keluarga menjelang H+5 Lebaran setelah secara menyakinkan
operasi penerbangan khususnya arus balik berjalan dengan aman dan terkendali.
Berbagai persiapan sebenarnya telah kami lakukan jauh-jauh hari sebelum
keberangkatan, baik dari pemesanan tiket pesawat, visa untuk Jepang, hotel
tempat menginap serta menyusun jadual perjalanan sendiri untuk tempat-tempat
yang akan kami kunjungi di sekitar Tokyo dan kota Osaka.
Sebuah pesawat GA Airbus A330-200 yang dimotori dengan 2 mesin Rolls Royce
Trent 772C yang mampu mendorong pesawat berkecepatan 913 km per jam dengan daya
jelajah 13.400 kilometer serta berkonfigurasi 36 kursi super lebar kelas Bisnis
dan 186 kursi yang juga nyaman kelas Ekonomi telah siap di parkir ruang tunggu
E51 bandara Soekarno-Hatta pada malam yang cukup cerah.
Sebenarnya jalur penerbangan kami ke Tokyo terhalang adanya badai tropis
Tembin yang sedang berada di wilayah Cina Taipeh, namun saya percaya Captain
pesawat GA884 sudah pasti sangat berpengalaman dan terlatih menghadapi adanya
badai tropis tsb dengan cara sedikit mengubah jalur penerbangannya serta
mengantisipasi berbagai kemungkinan hambatan cuaca buruk selama penerbangan
ini.
Selalu saja muncul kerinduan bepergian dengan pesawat terbang menikmati
layanan kelas Bisnis yang prima. GA884 didorong mundur pukul 23:15 WIB,
menyalakan kedua mesinnya yang berdengung halus dan mulai bergerak perlahan
menuju landasan pacu 25R. Captain mengumumkan bahwa penerbangan ke Tokyo akan
ditempuh selama 7 jam dan 15 menit. Pesawat GA884 melaju semakin cepat di
landasan pacu dan tinggal landas menuju ketinggian jelajah 41.000 kaki dan
diperkirakan akan tiba di Narita Tokyo pukul 23:35 GMT atau 08:35 waktu Tokyo
(perbedaan waktu adalah 2 jam dengan Jakarta).
Pramugari dengan ramah menyajikan hidangan snack berupa pilihan potongan
buah segar atau beberapa potong Sushi disertai berbagai pilihan minuman,
setelah itu penumpang mulai lelap tertidur. Sayapun melepas kedua sepatu dan
menggantinya dengan Sleepers mulai menguap beberapa kali, merebahkan kursi
sampai rata (flat bed) dan berusaha untuk tidur.
Salah satu kebiasan bepergian jarak jauh dengan pesawat terbang adalah
meminta air putih 2 botol ukuran 0,5 liter dan menutup semua tirai jendela agar
tak terbangun karena silau matahari keesokan hari. Air putih dalam jumlah cukup
selalu dibutuhkan agar badan tidak mengalami dehidrasi karena sirkulasi
Airconditioning pesawat terbang sekaligus memaksa kita untuk bangun secara
berkala berjalan ke Toilet demi meluruskan otot dan peredaran darah agar tak
terserang DVT (sumbatan aliran darah karena duduk terlalu lama pada satu posisi
tertentu).
Sekitar 2 jam sebelum mendarat di Narita, para awak pesawat mengumumkan
layanan sarapan pagi dan mulai menyalakan lampu secara perlahan-lahan agar
penumpang yang tertidur tidak mengalami silau mendadak.
Layanan sarapan bagi penumpang kelas Bisnis diawali dengan handuk panas
untuk membasuh dan menyegarkan wajah lalu diedarkan minuman segar berbagai jus
atau minuman panas.
Meja-meja kecil di kursi penumpang mulai dibuka dan dilapisi taplak yang
sangat bersih dengan logo Garuda Indonesia berwarna emas keperakan. Saya
memilih menu Omellete untuk sarapan pagi ini. Telur dadar gulung dengan ukuran
yang sangat pas dan dipanaskan dengan tepat pula sangat enak di lidah,
didampingi beberapa kentang mini yang digoreng utuh beserta kulitnya, irisan
Wortel dan Brokoli rebus serta Sosis sapi. Berbagai jenis roti hangat juga
dibagikan disela sarapan pagi, saya salah satu penggemar berat Croissant dan
Garlic Bread yang keduanya sangat renyah, hangat namun tak terlalu kering.
Pada nampan sarapan juga tersedia Yoghurt produksi EMMI Swiss Premium dan
madu serta Strawberry Jam produksi Heio Egypt yang tersohor. Sungguh sajian
makan pagi standar kelas hotel bintang lima!
Pesawat GA884 mulai turun meninggalkan ketinggian jelajah menuju ke bandara
Narita Tokyo.
Seperti sudah kegiatan rutin, baik sedang dinas terbang maupun sebagai
penumpang, saya sempatkan ke toilet untuk membersihkan dan merapikan diri
sebelum mendarat.
Cuaca sangat cerah di wilayah Jepang, dan bagi penumpang yang duduk di sisi
kanan pesawat akan menikmati kuatnya pancaran sinar matahari terbit di pagi
hari. Itu sebabnya Jepang dikenal sebagai negara Matahari Terbit yang
benderanya berlambangkan bulatan merah menyala.
Ngomong-ngomong, di manakah tempat terbaik menikmati matahari terbenam? Di
kota Jeddah yang berbatasan dengan Laut Merah!
Pesawat GA884 meninggalkan Laut Phillipine yang berbatasan dengan Samudra
Pacific Utara sebelah Barat sedikit berbelok ke arah Barat menuju daratan
melalui semenanjung Chosi. Saya menyaksikan dari jendela pesawat, betapa
daratan Jepang dipenuhi hutan-hutan yang sangat rindang dan lebat bahkan
mengalahkan lebatnya hutan-hutan di pulau Jawa. Sungguh pemandangan yang
menarik di sebuah negeri yang konon kekurangan lahan untuk hidup dan penuh
deraan bencana alam dan perbedaan cuaca yang cukup ekstrim 4 musim sepanjang
tahun. Pesawat semakin rendah melewati sisi Utara bandara Narita dan kerapihan
serta kehijauan daratan semakin menarik untuk diamati. Saya melamun sebentar
ingatan saya kembali 11 tahun yang lalu saat saya terakhir kali mengunjungi
negeri Sakura ini.
Pesawat GA884 kemudian berbelok tajam ke kiri menuju landasan 16R, pesawat
semakin rendah dan mendarat dengan mulus setelah penerbangannya dari Cengkareng
Jakarta. Saya sempat memperhatikan sebuah pesawat Garuda Indonesia tak lama
kemudian juga mendarat di landasan 16R, tampaknya pesawat dari Denpasar Bali
tujuan Narita yang juga tepat waktu.
Saat pintu pesawat mulai dibuka, hawa panas kota Narita mulai menerobos
masuk. Sebagian besar wilayah Jepang memang sedang dilanda cuaca yang panas
ekstrim yang sebenarnya bukan waktu yang tepat untuk berkunjung ke Jepang.
Apa boleh buat, tak semua keinginan bisa terkabul sesuai rencana tapi
setidaknya kami masih bisa menikmati sisa-sisa masa liburan.
Salam dari Narita, 25 Agustus 2012
NV
No comments:
Post a Comment