Seri 5 Perjalanan Shinkansen
NOZOMI 31 Super Express
(Tulisan ini sudah pernah dipublikasikan ke beberapa millis tanggal 28 Agustus 2012)
Shinkansen ini tujuan Hakata
melalui Yokohama, Nagoya, Kyoto, Osaka, Kobe, Okayama, Hiroshima, Yamaguchi,
Kokuro
Perjalanan selama 2 jam 33 menit
kelas "biasa" atau bertarip JPY 14,250 per penumpang dan perlu pesan
beberapa hari sebelumnya karena pada liburan musim panas memang penumpang
cemderung penuh. perbedaan kelas "Biasa" dengan Green Car (Gerbong)
hanya terletak pada besar kursi. Gerbong biasa berjajar 3 kursi dan 2 kursi
(total 5 kursi) sedangkan Green Car hanya terdiri dari 4 kursi satu jajar,
masing-masing 2 kursi kiri dan kanan dengan ukuran sedikit lebih besar, namun
harganya lebih mahal JPY 4.440 dibandingkan gerbong biasa. Nozomi juga masih
menyediakan Smoking Room pada beberapa gerbongnya.
Saya sendiri kurang menyadari,
entah sejak berapa tahun terakhir, negeri Sakura ini telah menerapkan secara
ketat pembatasan merokok di tempat umum, bahkan di jalanan umum yang terbuka
sekalipun. Dengan slogan "Make Japan Better" masyarakat tak boleh
lagi merokok secara sembarangan meski di udara terbuka, hanya pada tempat
tertentu kaum perokok boleh merokok.
Setiap Shinkansen berhenti,
beberapa penumpang turun dan segera saja kursi yang kosong digantikan oleh
penumpang yang baru naik, sungguh sebuah manajemen reservasi yang baik. Kami
merasa beruntung sudah memesan tiket Shinkansen ini jauh-jauh hari sebelumnya.
Sangat terasa masyarakat Jepang menikmati betul liburan musim panas bepergian
dan lalu-lalang mempergunakan berbagai moda transportasi yang selalu kelihatan
penuh sesak.
Shinkansen ini tak menyediakan
makan siang meski dengan tarip melebihi tarip tiket pesawat terbang di
Indonesia. Makan siang dalam kotak disajikan dingin harus dibeli dari pramugari
Shinkansen seharga JPY 1.000 per box. Itu sebabnya banyak penumpang Jepang
"mbontot" makanan sendiri sebelum naik ke kereta.
Shinkansen melaju cepat, beberapa
informasi disampaikan secara otomatis dalam bahasa Jepang dan Inggris, misalnya
penumpang diminta mematikan suara atau nada dering HP. Sebelum kereta berhenti
selalu disampaikan pengumuman berapa lama berhenti dan tujuan transit ke kota
berikutnya. Selain itu pengumuman berupa running text juga diberikan dalam
bahasa Inggris dan Jepang. Sayang sekali tidak ada informasi berapa kecepatan
Shinkansen ini dan informasi berapa menit sisa waktu perjalanan ke station
pemberhentian berikutnya.
Beberapa kali saya tertidur dan
tanpa terasa Hinkansen sudah tiba di Kyoto kota pemberhentian terdekat dari
Osaka. Bepergian dengan kereta api lebih mengasyikan dibandingkan dengan
pesawat terbang. Pemandangan di kanan-kiri jalur perjalanan membuat kita lebih
mengenal budaya setempat. Beberapa menit sejak meninggalkan stasiun Tokyo, kita
sudah disuguhi kemegahan gunung Fuji yang berada di sisi Utara jalur kereta.
Pemandangan diselang-seling dengan hutan hijau, persawahan, jalur pantai
Selatan dan beberapa kali memasuki terowongan. Sangat mengherankan, konon
negeri Jepang yang sangat kekurangan lahan namun lebih "hijau"
dibandingkan pulau di Jawa. Perpaduan antara budaya kuno Jepang dengan
modernisasi Jepang justru memberikan penguatan pada jati diri karakter
masyarakat Jepang.
Dua jam 33 menit perjalanan tak
terasa kami memasuki stasiun kota Osaka. Kami segera bersiap di pintu keluar
dengan beberapa koper yang cukup berat untuk diangkat keluar dari kereta api.
Ini salah satu yang harus menjadi perhatian karena kereta hanya berhenti
beberapa menit saja di stasiun.
Sistim tiket kereta api dan bus
kota sudah sedemikian maju di Jepang. Tiket Shinkansen yang kami pegang menjadi
satu-satunya media untuk memasuki satsiun dan kereta api sekaligus sebagai
surat perjalanan laksana paspor agar kita bisa keluar dari stasiun. Sebagai
kolektor pernak-pernik, saya selalu merasa kehilangan sebuah kenang-kenangan
yang berharga yakni tiket Shinkansen yang terpaksa "ditelan" oleh
mesin otomatis penjaga pintu keluar stasiun. Namun saya masih menyimpan tiket
terusan kereta api SUICA yang saya beli di Tokyo. Sebenarnya tiket prabayar
SUICA yang berharga JPY 500 sebagai deposit dan JPY 1500 sebagai Top
Upperjalanan kereta dan bus masih menyisakan sekitar JPY 120. SUICA card
sebenarnya dapat di refund di stasiun setidaknya masih bernilai JPY 620.
Alih-alih mengembalikan, kami malah memilih untuk menyimpannya sebagai kenang-kenangan
khusus.
Kami meninggalkan stasiun kereta
api Shin Osaka disambut hawa panas yang lebih lembab dari pada di Tokyo.
Osaka, 28 Agustus 2012
NV
No comments:
Post a Comment