Sunday, December 2, 2012

Seri 5 Perjalanan Shinkansen NOZOMI 31 Super Express



Seri 5 Perjalanan Shinkansen NOZOMI 31 Super Express
(Tulisan ini sudah pernah dipublikasikan ke beberapa millis tanggal 28 Agustus 2012)

Shinkansen ini tujuan Hakata melalui Yokohama, Nagoya, Kyoto, Osaka, Kobe, Okayama, Hiroshima, Yamaguchi, Kokuro

Perjalanan selama 2 jam 33 menit kelas "biasa" atau bertarip JPY 14,250 per penumpang dan perlu pesan beberapa hari sebelumnya karena pada liburan musim panas memang penumpang cemderung penuh. perbedaan kelas "Biasa" dengan Green Car (Gerbong) hanya terletak pada besar kursi. Gerbong biasa berjajar 3 kursi dan 2 kursi (total 5 kursi) sedangkan Green Car hanya terdiri dari 4 kursi satu jajar, masing-masing 2 kursi kiri dan kanan dengan ukuran sedikit lebih besar, namun harganya lebih mahal JPY 4.440 dibandingkan gerbong biasa. Nozomi juga masih menyediakan Smoking Room pada beberapa gerbongnya.

Saya sendiri kurang menyadari, entah sejak berapa tahun terakhir, negeri Sakura ini telah menerapkan secara ketat pembatasan merokok di tempat umum, bahkan di jalanan umum yang terbuka sekalipun. Dengan slogan "Make Japan Better" masyarakat tak boleh lagi merokok secara sembarangan meski di udara terbuka, hanya pada tempat tertentu kaum perokok boleh merokok.

Setiap Shinkansen berhenti, beberapa penumpang turun dan segera saja kursi yang kosong digantikan oleh penumpang yang baru naik, sungguh sebuah manajemen reservasi yang baik. Kami merasa beruntung sudah memesan tiket Shinkansen ini jauh-jauh hari sebelumnya. Sangat terasa masyarakat Jepang menikmati betul liburan musim panas bepergian dan lalu-lalang mempergunakan berbagai moda transportasi yang selalu kelihatan penuh sesak.

Shinkansen ini tak menyediakan makan siang meski dengan tarip melebihi tarip tiket pesawat terbang di Indonesia. Makan siang dalam kotak disajikan dingin harus dibeli dari pramugari Shinkansen seharga JPY 1.000 per box. Itu sebabnya banyak penumpang Jepang "mbontot" makanan sendiri sebelum naik ke kereta.

Shinkansen melaju cepat, beberapa informasi disampaikan secara otomatis dalam bahasa Jepang dan Inggris, misalnya penumpang diminta mematikan suara atau nada dering HP. Sebelum kereta berhenti selalu disampaikan pengumuman berapa lama berhenti dan tujuan transit ke kota berikutnya. Selain itu pengumuman berupa running text juga diberikan dalam bahasa Inggris dan Jepang. Sayang sekali tidak ada informasi berapa kecepatan Shinkansen ini dan informasi berapa menit sisa waktu perjalanan ke station pemberhentian berikutnya.

Beberapa kali saya tertidur dan tanpa terasa Hinkansen sudah tiba di Kyoto kota pemberhentian terdekat dari Osaka. Bepergian dengan kereta api lebih mengasyikan dibandingkan dengan pesawat terbang. Pemandangan di kanan-kiri jalur perjalanan membuat kita lebih mengenal budaya setempat. Beberapa menit sejak meninggalkan stasiun Tokyo, kita sudah disuguhi kemegahan gunung Fuji yang berada di sisi Utara jalur kereta. Pemandangan diselang-seling dengan hutan hijau, persawahan, jalur pantai Selatan dan beberapa kali memasuki terowongan. Sangat mengherankan, konon negeri Jepang yang sangat kekurangan lahan namun lebih "hijau" dibandingkan pulau di Jawa. Perpaduan antara budaya kuno Jepang dengan modernisasi Jepang justru memberikan penguatan pada jati diri karakter masyarakat Jepang.

Dua jam 33 menit perjalanan tak terasa kami memasuki stasiun kota Osaka. Kami segera bersiap di pintu keluar dengan beberapa koper yang cukup berat untuk diangkat keluar dari kereta api. Ini salah satu yang harus menjadi perhatian karena kereta hanya berhenti beberapa menit saja di stasiun.

Sistim tiket kereta api dan bus kota sudah sedemikian maju di Jepang. Tiket Shinkansen yang kami pegang menjadi satu-satunya media untuk memasuki satsiun dan kereta api sekaligus sebagai surat perjalanan laksana paspor agar kita bisa keluar dari stasiun. Sebagai kolektor pernak-pernik, saya selalu merasa kehilangan sebuah kenang-kenangan yang berharga yakni tiket Shinkansen yang terpaksa "ditelan" oleh mesin otomatis penjaga pintu keluar stasiun. Namun saya masih menyimpan tiket terusan kereta api SUICA yang saya beli di Tokyo. Sebenarnya tiket prabayar SUICA yang berharga JPY 500 sebagai deposit dan JPY 1500 sebagai Top Upperjalanan kereta dan bus masih menyisakan sekitar JPY 120. SUICA card sebenarnya dapat di refund di stasiun setidaknya masih bernilai JPY 620. Alih-alih mengembalikan, kami malah memilih untuk menyimpannya sebagai kenang-kenangan khusus.

Kami meninggalkan stasiun kereta api Shin Osaka disambut hawa panas yang lebih lembab dari pada di Tokyo.

Osaka, 28 Agustus 2012
NV

 

No comments:

Post a Comment