Tuesday, March 6, 2012

Perjalanan ke Brussels bagian ke 7


Artikel ini ditulis secara berserial sekitar akhir bulan Juni sd awal bulan Juli 2009 tentang sebuah perjalanan dalam rangka mengeluarkan GA dan Indonesia dari daftar “Blacklist Penerbangan Uni Eropa”


Perjalanan ke Brussels bagian ke 7
Selamat pagi dari Amsterdam.

Semalam aku makan di "Desa" sebuah Resto Indonesia di pinggiran kota Amsterdam karena sudah kangen dengan nasi putih. Sebuah resto yang sangat sederhana berupa rumah tinggal namun tampaknya cukup terkenal di wilayah ini dan dikunjungi banyak pelanggan masakan Indonesia.
Bersama seorang rekan, kami memesan Ikan Bumbu Bali, Martabak, Ayam Bumbu Desa, Nasi Goreng Spesial dan Krupuk Udang.

Menarik juga memperhatikan masakan Indonesia di negeri orang. Sebenarnya aku sudah mempersiapkan mental agar tak kecewa sebab biasanya memang tak ada masakan Indonesia yang enak selain di negeri sendiri bukan?

Wah, ternyata kau salah! Masakannya enak, Martabak mini digoreng kering renyah dan lembut di lidah karena berisi daging cacah yang halus. Dimakan dengan buah Bangkuang yang dijadikan acar pedas (mirip Kimchi dari Korea), wah enak juga.........

Ikan “Seabass” Bumbu Bali juga terasa pas benar di lidah Indonesia. Nasi Gorengnya juga sangat khas dan unik, bumbu-bumbunya serasa rempah kasar sehingga melekat di lidah dan tampaknya tak dibumbui dengan Kecap manis namun hasil gorengan nasinya berwarna coklat abu-abu seperti nasi yang digoremg sedikit gosong.
Tadinya kami juga ingin memesan Telor Dadar tapi terpaksa dibatalkan karena hati agak kurang ikhlas membaca harga satu Telor Dadar €16 atau setara hampir IDR 190 ribu!

Secara keseluruhan sajian makanan Resto Desa cukup enak untuk penawar rindu akan nasi pulen.

Hari ini aku akan meninggalkan Amsterdam dengan SQ sampai Singapore lalu lanjut GA ke Jakarta.
Menjelang akhir pekan, memang banyak warga Belanda yang ‘mencuri start” untuk mengambil liburan musim panas, penerbangan SQ ke Singapore penuh dengan penumpang bahkan semua kursi kelas Bisnis tak bersisa satupun.

Pemeriksaan Sekuriti di bandara Schiphol termasuk yang terbaik di dunia, mereka sangat ketat melakukan pemeriksaan, semua laptop harus dikeluarkan dari dalam tas, arloji, cincin, sabuk, sepatu harus dicopot dan diletakkan dalam baki-baki plastik untuk dipindai mesin X-Ray.

Bahkan penumpang sudah berjalan tanpa alas kaki melalui pintu metal detector tetap harus mengulang lagi dengan mengeluarkan barang-barang metal yang masih tertinggal di tubuhnya sampai pintu metal detector tak memberikan bunyi alarm apapun.

Entahlah, apa iya orang yang memakai gigi palsu dari emas atau ada susuk yang tertanam di tubuhnya harus ditelanjangi dan meringis memerkan giginya yang berkilau agar diijinkan melalui pintu metal detector..............

Pemeriksaan sekuriti yang ekstra teliti membuat antrian panjang sampai mengular keluar dari Ruang Tunggu. . .

Sebuah pesawat SQ jenis Boeing B777-200 telah parkir di apron sedang mengisi bahan bakar dan menaikkan muatan kargo, bagasi penumpang serta katering.

Aku melamun sambil mengingat-ingat bahwa ternyata aku sudah 7 kali pulang-pergi Jakarta ke Brussels sejak Agustus 2007 untuk menghadiri sidang European Commission Air Safety Committee (ECASC) dalam rangka mengeluarkan GA dan Indonesia dari daftar Operating Ban UE. Semoga saja perjalanan ini membuahkan hasil dan membawa berkah tersendiri...............
Pesawat SQ mengudara 35 menit terlambat dari jadual ............

Aku memilih duduk di deretan kursi sebelah kanan demi menghindari terbitnya matahari yang menyilaukan mata dari sisi kiri. Tapi aku tak berhasil memperoleh tempat duduk di aisle (gang) karena semua kursi Bisnis telah terisi penuh tanpa bersisa.
Setelah lepas landas, pramugari berjalan keliling sambil menawarkan minuman pembuka, aku mencicipi Intalian Red Wine "Rive Barbera d'Asti Il Cascinone 2006 Araldica Piedmont” produksi kebun anggur Barat Laut Italia.

Kemudian dilanjutkan dengan sajian makan siang yang diawali dengan Satai Campur dengan bumbu kacang, makanan utama Beef Fillet Madeira Wine Sauce diakhiri ice cream.

Rasanya badan lelah tapi sulit sekali tidur nyenyak, jatuh tertidur sebentar tapi bangun lagi, begitu berulang-ulang..............
Sekitar pukul 2 dini hari waktu Singapore, aku sudah sulit untuk tidur lagi dan mencari kesibukan dengan menulis laporan perjalanan ke Brussels.
Sarapan dihidangkan pukul 03:30 WIB (atau 04:30 waktu Singapore) dan kali ini aku langsung merasa kehilangan selera makan. SQ menyajikan menu sarapan yang agak ganjil, sepotong French toast dicampur Pisang Caramel dan Strawberry yang rasanya “super nano-nano”, asin campur manis!

Aku tinggalkan sarapan pagi dan segera membersihkan diri (selagi kamar kecil masih kosong) sebelum mendarat di Changi Singapore. Pesawat mendarat dengan mulus di bandara Changi menggunakan landasan 02L tepat pukul 6 pagi.
Aku habiskan waktu transit sekitar 4 jam dengan mengitari pertokoan di dalam bandara Changi sambil melemaskan kaki.
Aku akhiri cerita reportase perjalanan ke Brussels tanpa disadari sudah berserial sampai 7 bagian.

Mengakhiri kisah perjalanan iki, sekali lagi, aku ingin menyampaikan apresiasi kepada seluruh sahabat dan saudara atas perhatian, dukungan dan doanya.

Beberapa hari lagi Pemilu Presiden RI bakal dilaksanakan, semoga saja Pemilu berjalan jujura, adil dan terbuka tanpa ada kerusuhan dan gejolak sosial politik yang berlebihan sehingga kita semua masih bisa bekerja secara nyaman untuk keluarga masing-masing.

Singapore 3 Juli 2009,

Novianto Herupratomo

Powered by Telkomsel BlackBerry®

No comments:

Post a Comment